Definisi
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir ( Amru sofian, 2012 )
Berkaitan dengan penangananya dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500 – 2500 gr
2. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gr
3. Bayi berat lahir ekstrem rendah ( BBLER ), berat lahir < 1000 gr
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi dengan masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kahamilan
2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan
3. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan
4. Light for date sama dengan small for date
5. Dismaturitas
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahr dengan BB tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or wasting.
6. Large for date
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, misal pada diabetes melitus
B. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
Faktor genetik atau kromosom
Infeksi
Bahan toksik
Insufisiensi atau disfungsi plasenta
Radiasi
Faktor nutrisi
Faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang berhubungan, yaitu :
1. Penyebab kelahiran prematur a. Faktor ibu
1) Toksemia gravidarum yaitu preeklamsia atau eklamsia
2) Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikamis, inkompeten serviks)
3) Tumor (misalnya mioma uteri, sistoma)
4) Ibu yang menderita penyakit antara lain :
a) Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus abdominalis, malaria)
b) Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung)
5) Trauma pada masa kehamilan yaitu :
a) Fisik (misalnya jatuh)
b) Psikologis ( misalnya strees )
6) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
7) Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta
b. Faktor janin
1) Kehamilan ganda
2) Hidramnion
3) Ketuban pecah dini
4) Cacat bawaan
5) Infeksi (misal : rubela, sifilis, toksoplasmolisis)
6) Insufisiensi plasenta
7) Inkomtabilitas darah ibu dan janin (faktor resus, golongan darah
ABO)
c. Faktor plasenta
1) Plasenta previa
2) Solusio plasenta
2. Penyebab kelahiran dismatur a. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronis
3) Distonomia kamilial
4) Retardasi kehamilan ganda
5) Aplasia pankreas b. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang / plasenta berongga atau keduanya, luas permukaan kurang, plasentatis virus, infark, tumor, plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar.
c. Faktor ibu
1) Toksemia
2) Hipertensi
3) Penyakit ginjal (nefritis akut)
4) Hipotermi ( penyakit jantung sianotik, penyakit paru )
5) Malnutrisi
6) Anemia sel sabit
7) Ketergantungan obat, narkotik, alkohol, rokok
C. Patofisiologi
1. Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas.
2. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna.
3. Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru- paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkembang. Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat 60-80 kali/menit berangsur-angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34-36 kali/menit.
4. Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100 – 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
5. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.
6. Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah
7. Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm. Pada laki-laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau skrotum.
8. Sistem Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya
2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33-34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kadar glukosa
Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50-60 mg/dl dalam 72 jam pertama. Pada bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg/dl hal ini disebabkan karena cadangan makanan glikogen yang belum mencukupi (hiploglikemi) bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.
2. Pemeriksan kadar bilirubin
Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada hari pertamake hidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. Hiperbilirubun terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.
3. Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000 mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
4. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakaan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragikprenatal/perinatal)
5. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemi atau hemolisis berlebihan)
6. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke tiga.
7. Pemantauan Elektrolit (Na, K.Cl), biasanya dalam batas normal pada awalnya.
8. Pemeriksaan Analisa gas darah.
F. Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu
7. Tali pusat dalam keadaaan bersih
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
G. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspensi paru
2. Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
3. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas, ketidakkuatan/imatur aktivitas peristaltik dalam system gastrointestinal
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltik gastrointestinal
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
6. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak kuat.
7. Ikterus neonatus b.d bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi.
H. Pathway BBLR
61
I. Rencana Perawatan
NO | DIAGNOSA KEPERAWATAN | TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) | INTERVENSI (NIC) |
1. | Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspensi paru | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapkan ketidakefektifan pola nafas teratasi NOC : - Respiratory status : Airway patency - Respiratory status : Ventilation - Vital sign status Kriteria Hasil : - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) - Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nfas abnormal) - Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) | NIC : Airway Management (manajemen jalan nafas) Intervensi : - Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift atau jaw thrust bila perlu - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan - Pasang mayo bila perlu - Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Keluarkan secret dengan batuk atau suction - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Lakukan suction pada mayo - Berikan bronkodilator bila perlu - Monitor respirasi dan status oksigen NIC : Oxygen Therapy Intervensi : - Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea - Pertahankan jalan nafas yang paten - Atur peralatan oksigenasi - Monitor aliran oksigen - Pertahankan posisikan pasien |
62
- Obsevasi adanya tanda-tanda hipoventilasi - Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi NIC : Vital sign Monitoring Intervensi : - Monitor TD, nadi, suhu dan RR - Catat adanya fluktuasi tekanan darah - Monitor VS - Monitor kualitas dari nadi - Monitor frekuensi dan irama pernapasan - Monitor suara paru - Monitor pola pernapasan abnormal - Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign | |||
2 | Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapakan diskontinuitas pemberian ASI teratasi NOC : - Breastfeeding ineffective - Breathing pattern ineffective - Breafeeding interupted Kriteria hasil : - Menyusui secara mandiri - Tetap mempertahankan laktasi - Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal - Mengetahui tanda-tanda penurunan suplai ASI - Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara aman - Penyapihan pemberian ASI diskontinuitas | NIC : Bottle Feeding Intervensi : - Posisikan bayi semi-fowler - Letakkan pentil dot diatas lidah bayi - Monitor atau evaluasi reflek menelan sebelum memberikan susu - Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan susu formula yang kental atau dalam bentuk bubuk - Tentukan kandungan fluoride air yang digunakan untuk mengencerkan fomula bubuk atau konsentrat dan rujuk penggunaan suplemen fluor, jika diindikasikan - Pantau berat badan bayi, jika diperlukan - Ingatkan orang tua atau pengasuh bayi tentang penggunaan oven microwave |
63
progresif pemberian ASI - Kemampuan penyedia perawatan untuk mencairkan, menghangantkan, dan menyimpan ASI secara aman - Menumjukkan teknik dalam memompa ASI - Berat badan bayi = masa tubuh - Tidak ada respon alergi sistemik - Respiratori status : jalan nafas, pertukaran gas dan ventilasi nafas bayi adekuat - Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal | untuk menghangatkan formula - Instruksikan dan demonstrasikan kepada orang tua teknik membersihkan mulut setelah diberikan susu NIC : Lactation Supresion Intervensi : - Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan keberhasilan pemberian ASI - Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI (secara manual atau dengan pompa elektrik), cara mengumpulkan dan memompa ASI - Tunjukkan dan demonstrasikan berbagai jenis pompa payudara, tentang biaya kefektifan dan ketersediaan alat tersebut - Ajarkan pengasuh bayi mengenal topic- topik, seperti penyimpanan dan pencairan ASI dan penghindaran member susu botol pada dua jam sebelum ibu pulang - Ajarkan orang tua mempersiapkan menyimpan, menghangatkan dan kemungkinan pemberian tambahan susu formula - Apabila penyapihan diperlukan, informasikan ibu mengeni kembalinya proses ovulasi dan seputar alat kontrasepsi yang sesuai NIC : Lactation Counseling Intervensi : - Menggunakan bantuan interaktif untuk |
64
membantu ibu mempertahankan keberhasilan proses pemberian ASI - Beri dorongan untuk tetap melanjutkan menyusui sepulang kerja atau sekolah | |||
3 | Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas, ketidakadekuatan/imatur aktivitas peristaltik dalam system gastrointestinal | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x …jam diharapkan disfungsi motilitas gastrointestinal teratasi NOC : - Gastrointestinal function - Bowel continence Kriteria hasil : - Tidak ada distensi abdomen - Tidak ada kram abdomen - Tidak ada nyeri abdomen - Peristatik usu dalam batas normal - 15-30 x/menit - Frekuensi, warna, konsistensi, banyaknya feses dalam batas normal - Tidak ada darah di feses - Tidak ada diare - Tidak ada mual dan muntah - Nafsu makan meningkat | NIC : Tube Care Gastrointestinal Intervensi : - Monitor TTV - Monitor status cairan dan elektrolit - Monitor bising usus - Monitor irama jantung - Catat intake dan output secara akurat - Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (membrane mukosa kering, sianosis,jaundice) - Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai instruksi dokter - Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan - Pasang NGT jika diperlukan - Monitor warna dan konsistensi dari naso gastric output - Monitor diare NIC : Bowel Inkontinence care Intervensi : - Perkirakan penyebab fisik dan psikologi dari inkontinensia fekal - Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari tindakan - Jelaskan tujuan dari managemen bowel |
65
pada pasien / keluarga - Diskusikan prosedur dan criteria hasil yang diharapakan bersama pasien - Instruksikan pasien / keluarga untuk mencatat keluaran feses - Jaga kebersihan baju dan tempat tidur - Lakukan program latihan BAB - Monitor efek samping pengobatan - Bowel training - Rencanakan program BAB dengan pasien - Ajarkan ke pasien/ keluarga tentang prinsip latihan BAB - Anjrkan pasien untuk cukup minum - Jaga privasi klien - Kolaborasi pemberian supositoria jika memungkinkan - Evaluasi status BAB secara rutin - Modifikasi program BAB jia diperlukan | |||
4 | Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltik gastrointestinal Berhubungan dengan : - Tindakan invasif - Pembedahan - Imunosupresi - Penyakit kronik - Ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi NOC : - Nutritional Status : food and fluid intake - Nutritional Status : nutrient intake - Weight control Kriteria hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan | NIC : Nutrition Management Intervensi : - Kaji adanya alergi makanan - Kolaborasi ahli gizi unbtuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien - Anjurkan pasien untuk menignkatkan intake Fe - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C - Berikan substansi gula - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi |
66
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti | - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori - Berikan informasi tentang kebutuhn nutrisi - Kaji kemapuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan NIC : Nutrition Monitoring Intervensi : - BB pasien dalam batas normal - Monitor adanya penurunan berat badan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan - Monitor lingkungan selama makan - Jadwalkan pengobtan dan tindakan tidak selama jam makan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi - Monitor turgor kulita - Monitor mual dan muntah - Monitor pertumbuhan dan perkembangan - Monitor kalori dan intake nutrisi - Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet | ||
5 | Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapkan resiko ketidakseimbangan suhu tubuh teratasi NOC : - Termoregulasi - Termoregulasi : Newborn | NIC : Newborn Care Intervensi : - Pengaturan suhu : mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh dalam range normal - Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil - Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan |
67
Kriteria hasil : - Suhu kulit normal - Suhu badan 36.0 – 37.0 0 C - TTV dalam batas normal - Hidrasi adekuat - Tidak ada menggigil - Gula darah DBN - Keseimbangan asam basa DBN - Bilirubin DBN | dengan tepat - Pantau warna dan suhu kulit - Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertermi - Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi - Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi atau bawah pemanas - Pertahankan panas tubuh bayi - Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan NIC : Temperature Regulation (Pengaturan suhu) Intervensi : - Monitor suhu minimal tiap 2 jam - Rencanakan monitoring suhu secraa kontinyu - Monitor TD, nadi dan RR - Monitor warna dan suhu kulit - Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh - Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas - Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatife dari kedinginan - Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penangan emergency yang |
68
diperlukan - Ajarkan indikasi hipotermi dan penanganan yang diperlukan - Berikan antipiretik jika perlu NIC : Temperature regulation : intraoperative Intervensi : - Mempertahankan suhu tubuh intraoperatif yang diharpkan | |||
6 | Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak adekuat - | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapkan resiko infeksi teratasi NOC : - Immune status - Knowledge : infection control - Risk control Kriteria hasil : - Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Mendekripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya - Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi - Jumlah lekosit dalam batas normal - Menunjukkan perilaku hidup sehat | NIC : infection control (kontrol infeksi) Intervensi : - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain - Pertahankan teknik isolasi - Batasi pengunjung bila perlu - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan - Cuci tangan setiap sebelum dan seudah tindakan keperawatan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung - Pertahankan lingkungan antiseptic selama pemasangan alat - Ganti letak IV perifer dan lne cenral dan dressing sesuai dengan petunjuk umum - Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing - Tingkatkan intake nutrisi - Berikan terapi antibiotic bila perlu |
69
NIC : Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Intervensi : - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local - Monitor hitung granulosit, WBC - Monitor kerentanan terhadap infeksi - Batasi pengunjung - Saring pengunjung terhadap penyakit menular - Pertahankan teknik aseptic pada pasien yang beresiko - Pertahankan teknik isolasi - Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhdap kemerahan, panas drainase - Inspeksi kondisi luka/insisi bedah - Dorong masukan nutrisi yang cukup - Dorong masukan cairan - Dorong istirahat - Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai rsep - Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi - Ajarkan cara menghindari infeksi - Laporkan kecurigaan infeksi - Laporkan kultur positif | |||
7 | Ikterus neonatus b.d bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi | Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x … jam diharapkan ikterus neonates teratasi | NIC : Phototherapy : Neonate Intervensi : - Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk factor resiko untuk hiperbilirubinemia (misalnya, ketidakcocokan Rh atau ABO, |
70
NOC : - Breasfeeding inefektif - Breasfeeding interrupted - Liver function, risk of impaired - Blood glucose, risk for unstable Kriteria hasil : - Menyusui secara mandiri - Tetap mempertahankan laktasi - Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal - Mengetahui tanda-tanda penurunan suplai ASI - Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara aman - Penyapihan pemberian ASI diskontinuitas progresif pemberian ASI - Kemampuan penyedia perawatan untuk mencairkan, menghangantkan, dan menyimpan ASI secara aman - Menumjukkan teknik dalam memompa ASI - Berat badan bayi = masa tubuh - Tidak ada respon alergi sistemik - Respiratori status : jalan nafas, pertukaran gas dan ventilasi nafas bayi adekuat - Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal - Penerimaan : kondisi kesehatan - Dapat memanajemen dan mencegah penyakit semakin parah - Tingkat pemahaman untuk dan pencegahan | polistemia, sepsis, prematuritas, mal presentasi) - Amati tanda-tanda ikterus - Agar serum bilirubin tingkat sebagi protocol per yang sesuai atau permintaan praktisi primer - Melaporkan nilai laboratorium untuk praktisi primer - Tempat bayi di isolette - Instruksikan keluarga pada prosedur fototerapi dan perawatan - Terapkan tambalan untuk menutup kedua mata, menghindari tekanan yang berlebihan - Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau ketika lampu mati untuk kontak orangtua dan makan - Memantau mata untuk edema, drainase dan warna - Tempat fototerapi lampu di atas bayi pada ketinggian yang sesuai - Periksa intensitas lampu sehari-hari - Memonitor tanda-tanda vital per protocol atau sesuai kebutuhan - Ubah posisi bayi setiap 4 jam atau per protocol - Memantau tingkat bilirubin serum per protocol atau permintaan praktisi - Mengevaluasi status neurologis setiap 4 jam atau per protocol - Amati tanda-tanda dehidrasi (misalnya, |
71
komplikasi - Dapat meningkatkan istirahat - Status nutrisi adekuat - Control resiko proses infeksi | depresi fontanel, turgor kulit mengerut, kehilangan berat badan) - Timbang setiap hari - Mendorong delapan kali menyusui per hari - Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi cahaya - Instruksikan keluarga pada fototerapi di rumah yang sesuai |
72
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASO (BPH)
A. Pengertian
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat. (Yuliana elin,2011).
BPH (benigna prostat hiperplaso) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas ke dalam kandung kemih dan menyumbat ali ran urin dengan cara menutupi orifisiumuretra.
B. Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversitestosteron yang menjadi estrogen di jaringan adiposa perifer. Namun, hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah :
a. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
b. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
d. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
Pada umumnya dikemukakan beberapa teori :
Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat berproliferasi dengan cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periuretral.
Teori kedua adalah teori Reawekering menyebutkan bahwa jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi testoteron dan terjadinya konversi testoteron menjadi setrogen. (Kahardjo, 2005)
C. Patofisiologi
Sebagian besar (80%) laki-laki usia diatas 50 tahun menderita Bp. H tetapi kebanyakan tanpa gejala. Hanya 10% saja yang menimbulkan gejala klinis. Gejala klinis yang pertama timbul adalah manifestasi dari adanya obstruksi. Obstruksi yang ditimbulkan oleh pembesaran prostat menyebabkan tahanan di uretra prostatika meningkat sehingga muskulus detrusor buli -buli harus berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urin keluar. Hal ini menyebabkan hipertropi pada muskulus detrusor. Pada pemeriksaan sistoskopi ini akan terlihat sebagai trabekulasi dan adanya selulit. Lama-kelamaan terjadi gangguan pada persyaratan buli-buli sehingga timbul gejala intatif. Suatu saat muskulus detrasor tidak mampu lagi memompa urin (dekompensasi) dan terjadilah retensi urin. Kadang–kadang muskulus detrusor kemampuan kontraksinya terbatas, artinya sebelum buli-buli kosong kontraksinya sudah berhenti, maka dalam buli-buli akan tersisa urin (rest urin). Diduga Penyebab dari BPH yang berperan adalah perubahan keseimbangan hormonal, dimana ratio estrogen testosterone meningkat.
PATHWAY
75
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) kencing terputus-putus(intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).
Berbagai tanda dan gejala dapat di bagi dalam dua kategori : obstruktif (terjadi ketika faktor dinamik dan / atau faktor static mengurangi pengosongan kandung kemih ) dan iritatif (hasil obstruktif yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih) (Yuliana elin, 2011)
E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, tes sensitivitas dan biakan urin
Radiologis
Meliputi intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram dilakukan bila ada fungsi ginjal buruk, Usg dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal, selain untuk mngetahui pembesaran prostat USG dapat pula menentukan volume buli buli, mnegukur sisa urin dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor, dan batu
Prostatektomi retro pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat
Prostatektomi parineal
Pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
F. Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH
tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis:
a. STADIUM I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptoralfa seperti alfazosindanterazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasiprostat. Sedikit pun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
b. STADIUM II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksiendoskopi melalui uretra (transuretra)
c. STADIUM III
Pada stadium II reseksiendoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidakakan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesika, retropubik dan perineal.
d. STADIUM IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
G. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1) Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih : Benigna Prostatic Hyperplasia
2) Nyeri akut b.d agent injury fisik (spasme kandung kemih)
3) Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan sebagai efek sekunder dari prosuder pembedahan
4) Retensi urine
5) Ansietas b.d perasaan takut terhadap tindakan pembedahan.
H. Rencana Perawatan
No | Diagnosa | Tujuan & KH (NOC) | Intervensi ( NIC) |
1 | Gangguan eliminasi urin Definisi : Disfungsi pada eliminasi urine Batasan Karateristik : Disuria Sering berkemih Anyang-anyangan Inkontinesia Nokturia Retensi Dorongan Faktor yang berhubungan Obstruksi anatomic Penyebab multiple Gangguan sensori motoric Infeksi saluran kemih | Setelahdilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam diharapakan masalah teratasi. NOC Urinary elimination Urinary contiunence Kriteria hasil Kandung kemih kosong secara penuh Tidak ada residu urinr >100-200 cc Intake cairan dalam rentang normal Bebas dari ISK Tidak ada spasme bladder Balance cairan seimbang | NIC Urinary Retention care Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkotinensia (misalnya output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten) Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpha agonis Memonitor efek dari obat –obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan antikolinergik Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau di siram toilet Merangsang refleks kandung kemih |
dengan menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi batin, atau air Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit) Memantau asupan dan keluaran Menerapkan katerisasi intermiten | |||
2 | Nyeri akut Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional associaton for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan . Batasan karateristik : Perubahan selera makan Perubahan tekanan darah Perubahan frekuensi jantung Perubahan frekuensi pernapasan Sikap melindungi area nyeri Melaporkan nyeri secara verbal | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... diharapkan masalah teratasi NOC Pain level Pain control Comfort level Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuesni dan tanda nyeri ) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang | NIC Pain management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karateristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Evaluasi pengalaman nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri Ajarkan teknik non farmakologi Analgesic administration Tentukan lokasi, karateristik, kualitas dan derajat nyeri pemberian obat Cek intruksi dokter |
79
Faktor yang berhubungan Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis) | tentang jenis obat, dosis, frekuensi Pilih analgesik yang diperlukan | ||
3 | Resiko infeksi Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik Faktor-faktor resiko: Penyakit kronis Diabetes melitus Obesitas Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjaman patogen Malnutrisi | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan masalah teratasi NOC Immune status Knowledge : infection control Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskrispikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah lekosit dalam batas normal | NIC Kontrol infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap dan sebelum tindakan keperawatan Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor dan tanda gejala infeksi Inspeksi kondisi luka Dorong masukan nutrisi yang cukup Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi |
4 | Retensi urin Definisi : pengosongan kandung kemih tidak komplit Batasan karateristik Tidak ada haluaran urin Distensi kandung kemih Menetes Disuria Sering berkemih Inkotensia aliran berlebih | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan masalah teratasi NOC Urinary elimination Urinary continence Kriteria Hasil Kandung kemih kosong secara penuh Tidak ada residu urin > 100-200 cc Bebas dari ISK | NIC Urinary retention care Monitor intake dan output Monitor derajat distensi bladder Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine Sediakan privacy untuk eliminasi Katerisasi jika perlu Monitor tanda dan |
80
Residu urin Sensasi kandung kemih penuh Berkemih sedikit Factor yang berhubungan Sumbatan Tekanan ureter tinggi Sfingter kuat | Tidak ada spasme bladder Balance cairan seimbang | gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau, konsistensi urin) | |
5 | Ansietas Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oelh antisipasi bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman Batasan Karateristik Perilaku : Penurunan produktivitas Gelisah Melihat sepintas Insomnia Kontak mata yang buruk Mengekspresika n kekawatiran Tampak waspada Affektif : Gelisah Ketakutan Khawatir Fisiologis : wajah tegang | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan masalah teratasi NOC Anxiety self control Anxiety level Coping Kriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas Vital sign batas normal | NIC Anxiety reduction (penurunan kesadaran) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan tehadap pelaku pasien Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Identifikasikan tingkat kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan,p ersepsi Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi |
81
Parasimpatik : nyeri abdomen Faktor yang berhubungan Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan kesehatan, pola interaksi, fungsi peran) Krisis maturasi Penyalahgunaan zat |
0 Komentar