Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN POST TYROIDEKTOMY HARI KE 0 DI RUANG CEMPAKA RSUD DJOJONEGORO TMG

STRUMA

 

A.    DEFINISI

Struma adalah suatu keadaan dimana terdapat kelainan tyroid berupa pembesaran dari kelenjar tiroid (Hanzam,1990).

Apabila pada pemeriksaan kelenjar tyroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertyroidisme disebut struma nodusa non toksik.

Menurut Mansjoer (2001), Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid akibat penambahan ukuran sel atau jaringan tanpa disertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tyroid dan berdampak lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trakea dan aesophagus.

Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma nodusa non toksik ialah adenoma, kista, perdarahan, tiroditis, dan karsinoma.

B.     ETIOLOGI

Etiologi struma nodusa non toksik antara lain :

1.      Defisiensi Iodin

2.      Geitrogenik dalam makanan

3.      Tiroiditis kronik

4.      Sintesa hormone yang tidak adekuat

5.      Defisiensi bawaan pada reseptor tempat pada membrane sel

C.    GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dari struma nodusa non toksik antara lain struma simetris atau asimetris ringan, disfagia atau dispnea jika struma besar atau terletak retrosternal, sedangkan menurut ahli lain, penderita struma mempunyai pembesaran tyroid, kelenjar dapat relative keras tapi sering kali lunak.

Dalam jangka waktu lama kelenjar menjadi lebih besar sehingga meluas ke bawah menjadi struma substernal. Penderita dapat mengeluh gejala penekanan pada leher, terutama bila menggerakkan kepala ke atas atau ke bawah dan mengeluh kesulitan menelan.

D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan sidik tiroid : hasil px. dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk, lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tyroid.

2.       Pemeriksaan USG, dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair.

3.      Biopsi Aspirasi Jarum Halus

4.      Termografi : px. berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat. Hasilnya disebut panas jika perbedaan panas dengan sekitarnya >0,90C dan dingin apabila <0,90C.

5.      Petanda Tumor

E.     PATOFISIOLOGI

Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya kelenjar tyroid termasuk didalamnya, defisiensi Iodin, Geitrogenik, peradangan ataupun tumor. Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991), kelenjar tyroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tyroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi, atau stress (Sjaifoellah, 1996).

Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tyroid adalah Iodium-ion iodium (Iodida) darah yang masuk kelenjar tyroid secara transport aktif dengan ATP sebagai sumber energi sel-sel folikel tyroid akan inensitesis triglobulin dan akan membentuk Iodotironin (DIT) dan Monoiodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir yang berupa reaksi penggantungan 2 molekul DIT membentuk tetraiodotironin (T3) untuk selanjutnya masuk ke plasma, reaksi penggantungan ini dirangsang untuk hormon (TSH).

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tyroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarnya. Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong trakea dan aesophagus sehingga terjadi kesulitan bernafas, Disfagia yang akan berdampak pada pemenuhan O2, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar, dapat simetris atau tidak. Jarang disertai kesulitan bernafas dan Disfagia tentu dampaknya lebih kearah estetika. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.

 

F.     PATHWAY

 

 

clip_image001Defisiensi Iodium       Kelainan metab kongenital                 Penghambat sintesa hormon

clip_image002                                                                                                Oleh zat kimia dan obat

 
  clip_image003
 


Struma Noduler Non Toksik

clip_image004clip_image005clip_image006                       

clip_image007clip_image008Pembedahan                Luka insisi

clip_image009clip_image010clip_image011                                    Diskontinuitas jaringan

 

clip_image012Tdpt jahitan     General Anestesi         Mediator kimia

clip_image013clip_image013[1]                                                            Bradikulin, histamine

                                                            Prostaglandin tersensori

 
  clip_image014
 


clip_image015Estetika           Depresi system           

                        Pernafasan

clip_image006[1]clip_image016

 Gg. Konsep    Penekanan Medula      Rangsang Ujung syaraf           Tumbuh di jaringan

clip_image006[2]clip_image006[3]     Diri             Oblongata                   perifer                                      Tyroid

 
  clip_image006[4]
 


                        Penurunan reflek         Substansia Gelatinosa             Disfagia

clip_image009[1]clip_image006[5]clip_image006[6]                        Batuk

 

clip_image017clip_image006[7]clip_image006[8]Akumulasi sputum      Thalamus kortex serebri          Sulit menelan

 

clip_image018Resiko Bersihan jln     Nyeri dipersepsikan                Intake nutrisi kurang

clip_image006[9]clip_image006[10]Nafas tdk efektif

 
  clip_image019
clip_image020clip_image021

                        Pintu msk kuman        Gg. Rasa Nyeri                       Nutrisi krg dr kebthn

       
  clip_image006[11]
    clip_image006[12]
 
 


                        Kuman mudah msk

clip_image022clip_image006[13]                                                                                                Kekuatan otot menurun

clip_image006[14]Resiko infeksi                                    

 

clip_image006[15]Kelemahan

           

clip_image023

        Defisit self care

 

G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dx : Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

No.

Intervensi

Rasional

1.

2.

 

 

3.

 

4.

Kaji nyeri secara komprehensif

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi dan non farmakologi)

Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup

Mengidentifikasi intervensi yang tepat.

Dapat menggali pengalaman nyeri pasien.

 

Untuk menurunkan nyeri

 

Memberi rasa nyaman

 

Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

No.

Intervensi

Rasional

1.

 

2.

 

3.

4.

Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri

Monitor TTV

 

Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi

Pastikan teknik perawatan luka secara tepat/steril

Tanda awal adanya infeksi

 

Suhu meningkat menandakan adanya infeksi

Menurunkan kolonisasi kuman

Menurunkan resiko infeksi

 

Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret (efek anestesi)

No.

Intervensi

Rasional

1.

 

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi

Ajarkan batuk efektif

Auskultasi suara nafas

Lakukan suction bila perlu

Berikan O2 bila perlu

Monitor RR

Monitor VS

Memaksimalkan ekspansi paru

 

Membantu mengeluarkan secret

Mengetahui adanya suara tambahan

Membantu mengeluarkan secret

Membantu pernafasan

Mengetahui keadaan pernafasan

Mengetahui keadaan umum

Dx : Deficit self care b.d kelemahan

No.

Intervensi

Rasional

1.

 

 

2.

Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri

Dorong klien untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan

Klien mampu melakukan ADL secara mandiri

 

Mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan

 

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

No.

Intervensi

Rasional

1.

 

 

2.

3.

 

 

4.

 

5.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Berikan substansi gula

Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Anjurkan  pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein, dan vit c

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Untuk menentukan diit yang tepat bagi klien

 

Untuk kebutuhan energi

Klien dapat BAB secara lancar

 

 

Untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrisi dan kalori tubuh

Kebutuhan nutrisi dan kalori tubuh tercukupi

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta.

Diagnosa Keperawatan Nanda, (2005). Prima Medika.

Prince, W., (2000). Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, S. C., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Noer, S, dkk, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jkt

TINJAUAN KASUS

 I.      PENGKAJIAN

Tanggal masuk      : 25 Februari 2008

Jam                        : 10.45

No. CM                 : 26526

II.      IDENTITAS

Pasien                                                                   Penanggung Jawab Pasien

Nama         : Ny. S                                                 : Tn. Sujib

Umur         : 50 th                                                  : 55 th

Agama       : Islam                                                 : Islam

Pendidikan            : SD                                                     : SD

Pekerjaan   : Petani                                                : Petani

Status        : Istri                                                    : Suami

Alamat      : Jumo, TMG                                       : Jumo, TMG

Catatan Operasi

Tanggal operasi     : 27 Februari 2008

Nama operasi        : Thyroidectomi

Jenis Anestesi        : GA

III.      PENGKAJIAN FISIK

Tanggal pengkajian : 27 Februari 2008, jam 13.00

Alasan Utama Datang ke RS

Klien datang ke RS dengan keluhan ada benjolan di leher, terasa nyeri buat menelan, sakit seperti ini sudah dirasakan sejak 1 th yang lalu, semakin lama semakin membesar.

Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi (skala 7)

P    : Luka post operasi

Q   : Seperti ditusuk-tusuk

R   : Pada leher bekas operasi

S    : Skala 7

T    : Terus-menerus, meningkat jika bergerak

Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke RS pada tanggal 25 Februari 2008 dengan keluhan ada benjolan di leher, terasa nyeri buat menelan. Klien dirawat di ruang Cempaka terdiagnosa Struma. Pada tanggal 27 Februari 2008 dilakukan operasi Tyroidektomi.

Riwayat Kesehatan Terdahulu

Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di RS. Klien hanya menderita penyakit ringan seperti batuk, pilek, dan kecapekan. Penyakit klien tersebut hanya diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas.

Riwayat Pengobatan Alergi

Klien pernah alergi terhadap obat kapsul yang dibeli di toko/yang dijual bebas.

Pola Eliminasi

Pola BAB  : selama dirawat di RS klien sudah BAB 2x

Pola BAK : klien  sudah BAK 4x

Pola Aktivitas dan Latihan

Berpakaian            : dibantu

Toileting                : dibantu

Mandi                    : dibantu

Mobilitas               : dibantu

Pola Tidur dan Istirahat

Lama tidur            : sering terbangun tengah malam

Pola Persepsi dan Kognitif

Fungsi pendengaran, penglihatan, penghidu, dan peraba : normal

Pola bicara : tak ada gangguan

Pola komunikasi : baik

Pemeriksaan fisik

Keluhan Umum : sadar, lemah, TD 110/70 mmhg, Nadi 86x/mnt, Suhu 36,9 0c, RR 20x/mnt.

a.       Kepala       : Mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom,

·         Mata :Isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan.

·         Hidung : simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada sekret

·         Telinga : simetris, tidak ada serumen, fungsi baik

·         Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir kering

·         Leher : terdapat luka post op, tertutup kassa

b.      Dada

Paru-paru :

Inspeksi     : pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi dada

Palpasi       : pergerakan kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan

Perkusi      : resonan

Auskultasi : terdengar suara nafas tambahan (ronkhi), wheezing

Jantung :

I     : tidak teraba ictus cordis

P    : teraba ictus cordis pada intercosta ke-5 sinistra mid clavikula

P    : Redup

A   : terdengar bunyi jantung I dan II murni, tidak terdengar suara jantung tambahan

c.       Abdomen

I     : simetris, tidak terdapat lesi

A   : peristaltik ada

Per : timpani

Pal : tidak terdapat nyeri tekan

d.      Genitalia : keadaan genitalia bersih

e.       Ekstremitas

Atas           : tangan kiri terpasang infus RL, CRT <2 detik

Bawah       : tidak terdapat udem

Data Dasar Pengkajian

a.       Aktivitas istirahat : klien tampak lemah

b.      Sirkulasi : TD 110/70, N 86x, RR 20x, S 36,9

c.       Cairan : klien terpasang infuse RL, terpasang drain

d.      Nyeri/ketidaknyamanan : klien mengeluh nyeri pada leher, luka post op

e.       Pernafasan : RR 20x/mnt

 

Pemeriksaan Penunjang

a.       Data penunjang

Pemeriksaan kadar tiroid :

·         T3 =1,35                           

·         T4 = 7,64                                      

·         TSH = 1,392

b.      Terapi yang diberikan :

·         Jayacin      : 2 x 1

·         Lantipain   : 2 x 1

·         Kalnex       : 3 x 1

Posting Komentar

1 Komentar