STRUMA
A. DEFINISI
Struma adalah suatu keadaan dimana terdapat kelainan tyroid berupa pembesaran dari kelenjar tiroid (Hanzam,1990).
Apabila pada pemeriksaan kelenjar tyroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertyroidisme disebut struma nodusa non toksik.
Menurut Mansjoer (2001), Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid akibat penambahan ukuran sel atau jaringan tanpa disertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tyroid dan berdampak lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trakea dan aesophagus.
Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma nodusa non toksik ialah adenoma, kista, perdarahan, tiroditis, dan karsinoma.
B. ETIOLOGI
Etiologi struma nodusa non toksik antara lain :
1. Defisiensi Iodin
2. Geitrogenik dalam makanan
3. Tiroiditis kronik
4. Sintesa hormone yang tidak adekuat
5. Defisiensi bawaan pada reseptor tempat pada membrane sel
C. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari struma nodusa non toksik antara lain struma simetris atau asimetris ringan, disfagia atau dispnea jika struma besar atau terletak retrosternal, sedangkan menurut ahli lain, penderita struma mempunyai pembesaran tyroid, kelenjar dapat relative keras tapi sering kali lunak.
Dalam jangka waktu lama kelenjar menjadi lebih besar sehingga meluas ke bawah menjadi struma substernal. Penderita dapat mengeluh gejala penekanan pada leher, terutama bila menggerakkan kepala ke atas atau ke bawah dan mengeluh kesulitan menelan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sidik tiroid : hasil px. dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk, lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tyroid.
2. Pemeriksaan USG, dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair.
3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
4. Termografi : px. berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat. Hasilnya disebut panas jika perbedaan panas dengan sekitarnya >0,90C dan dingin apabila <0,90C.
5. Petanda Tumor
E. PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya kelenjar tyroid termasuk didalamnya, defisiensi Iodin, Geitrogenik, peradangan ataupun tumor. Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991), kelenjar tyroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tyroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi, atau stress (Sjaifoellah, 1996).
Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tyroid adalah Iodium-ion iodium (Iodida) darah yang masuk kelenjar tyroid secara transport aktif dengan ATP sebagai sumber energi sel-sel folikel tyroid akan inensitesis triglobulin dan akan membentuk Iodotironin (DIT) dan Monoiodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir yang berupa reaksi penggantungan 2 molekul DIT membentuk tetraiodotironin (T3) untuk selanjutnya masuk ke plasma, reaksi penggantungan ini dirangsang untuk hormon (TSH).
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tyroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarnya. Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong trakea dan aesophagus sehingga terjadi kesulitan bernafas, Disfagia yang akan berdampak pada pemenuhan O2, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar, dapat simetris atau tidak. Jarang disertai kesulitan bernafas dan Disfagia tentu dampaknya lebih kearah estetika. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.
F. PATHWAY
Defisiensi Iodium Kelainan metab kongenital Penghambat sintesa hormon
Struma Noduler Non Toksik
Tdpt jahitan General Anestesi Mediator kimia
Prostaglandin tersensori
Pernafasan
Gg. Konsep Penekanan Medula Rangsang Ujung syaraf Tumbuh di jaringan
Penurunan reflek Substansia Gelatinosa Disfagia
Akumulasi sputum Thalamus kortex serebri Sulit menelan
Resiko Bersihan jln Nyeri dipersepsikan Intake nutrisi kurang
Pintu msk kuman Gg. Rasa Nyeri Nutrisi krg dr kebthn
Kuman mudah msk
Defisit self care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx : Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
No. | Intervensi | Rasional |
1. 2.
3.
4. | Kaji nyeri secara komprehensif Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi dan non farmakologi) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup | Mengidentifikasi intervensi yang tepat. Dapat menggali pengalaman nyeri pasien.
Untuk menurunkan nyeri
Memberi rasa nyaman |
Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
No. | Intervensi | Rasional |
1.
2.
3. 4. | Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri Monitor TTV
Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi Pastikan teknik perawatan luka secara tepat/steril | Tanda awal adanya infeksi
Suhu meningkat menandakan adanya infeksi Menurunkan kolonisasi kuman Menurunkan resiko infeksi |
Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret (efek anestesi)
No. | Intervensi | Rasional |
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. | Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi Ajarkan batuk efektif Auskultasi suara nafas Lakukan suction bila perlu Berikan O2 bila perlu Monitor RR Monitor VS | Memaksimalkan ekspansi paru
Membantu mengeluarkan secret Mengetahui adanya suara tambahan Membantu mengeluarkan secret Membantu pernafasan Mengetahui keadaan pernafasan Mengetahui keadaan umum |
Dx : Deficit self care b.d kelemahan
No. | Intervensi | Rasional |
1.
2. | Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri Dorong klien untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan | Klien mampu melakukan ADL secara mandiri
Mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan |
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No. | Intervensi | Rasional |
1.
2. 3.
4.
5. | Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Berikan substansi gula Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein, dan vit c Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori | Untuk menentukan diit yang tepat bagi klien
Untuk kebutuhan energi Klien dapat BAB secara lancar
Untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrisi dan kalori tubuh Kebutuhan nutrisi dan kalori tubuh tercukupi |
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta.
Diagnosa Keperawatan Nanda, (2005). Prima Medika.
Prince, W., (2000). Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S. C., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Noer, S, dkk, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jkt
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 25 Februari 2008
Jam : 10.45
No. CM : 26526
II. IDENTITAS
Pasien Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. S : Tn. Sujib
Umur : 50 th : 55 th
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SD : SD
Pekerjaan : Petani : Petani
Status : Istri : Suami
Alamat : Jumo, TMG : Jumo, TMG
Catatan Operasi
Tanggal operasi : 27 Februari 2008
Nama operasi : Thyroidectomi
Jenis Anestesi : GA
III. PENGKAJIAN FISIK
Tanggal pengkajian : 27 Februari 2008, jam 13.00
Alasan Utama Datang ke RS
Klien datang ke RS dengan keluhan ada benjolan di leher, terasa nyeri buat menelan, sakit seperti ini sudah dirasakan sejak 1 th yang lalu, semakin lama semakin membesar.
Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi (skala 7)
P : Luka post operasi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada leher bekas operasi
S : Skala 7
T : Terus-menerus, meningkat jika bergerak
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RS pada tanggal 25 Februari 2008 dengan keluhan ada benjolan di leher, terasa nyeri buat menelan. Klien dirawat di ruang Cempaka terdiagnosa Struma. Pada tanggal 27 Februari 2008 dilakukan operasi Tyroidektomi.
Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di RS. Klien hanya menderita penyakit ringan seperti batuk, pilek, dan kecapekan. Penyakit klien tersebut hanya diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas.
Riwayat Pengobatan Alergi
Klien pernah alergi terhadap obat kapsul yang dibeli di toko/yang dijual bebas.
Pola Eliminasi
Pola BAB : selama dirawat di RS klien sudah BAB 2x
Pola BAK : klien sudah BAK 4x
Pola Aktivitas dan Latihan
Berpakaian : dibantu
Toileting : dibantu
Mandi : dibantu
Mobilitas : dibantu
Pola Tidur dan Istirahat
Lama tidur : sering terbangun tengah malam
Pola Persepsi dan Kognitif
Fungsi pendengaran, penglihatan, penghidu, dan peraba : normal
Pola bicara : tak ada gangguan
Pola komunikasi : baik
Pemeriksaan fisik
Keluhan Umum : sadar, lemah, TD 110/70 mmhg, Nadi 86x/mnt, Suhu 36,9 0c, RR 20x/mnt.
a. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom,
· Mata :Isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan.
· Hidung : simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada sekret
· Telinga : simetris, tidak ada serumen, fungsi baik
· Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir kering
· Leher : terdapat luka post op, tertutup kassa
b. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : pergerakan kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : resonan
Auskultasi : terdengar suara nafas tambahan (ronkhi), wheezing
Jantung :
I : tidak teraba ictus cordis
P : teraba ictus cordis pada intercosta ke-5 sinistra mid clavikula
P : Redup
A : terdengar bunyi jantung I dan II murni, tidak terdengar suara jantung tambahan
c. Abdomen
I : simetris, tidak terdapat lesi
A : peristaltik ada
Per : timpani
Pal : tidak terdapat nyeri tekan
d. Genitalia : keadaan genitalia bersih
e. Ekstremitas
Atas : tangan kiri terpasang infus RL, CRT <2 detik
Bawah : tidak terdapat udem
Data Dasar Pengkajian
a. Aktivitas istirahat : klien tampak lemah
b. Sirkulasi : TD 110/70, N 86x, RR 20x, S 36,9
c. Cairan : klien terpasang infuse RL, terpasang drain
d. Nyeri/ketidaknyamanan : klien mengeluh nyeri pada leher, luka post op
e. Pernafasan : RR 20x/mnt
Pemeriksaan Penunjang
a. Data penunjang
Pemeriksaan kadar tiroid :
· T3 =1,35
· T4 = 7,64
· TSH = 1,392
b. Terapi yang diberikan :
· Jayacin : 2 x 1
· Lantipain : 2 x 1
· Kalnex : 3 x 1
1 Komentar
a3wh75@gmail.com
BalasHapus