Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Asuhan Keperawatan Kanker Empedu

Askep Kanker Empedu

 

A. Anatomi

Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar tepi hati, dibawah lengkung iga kanan, ditepi lateral m.rektus abdominalis. Sebagian besar korpus menempel dan tertanam didalam jaringan hati. Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian infundibulum menonjol seperti kantong yang disebut kantong Harttmann.

Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3 mm. Dinding lumennya mengandung katub berbentuk spiral Heister yang memudahkan cairan empedu mengalir masuk kedalam kandung empedu, tetapi menahan aliran keluarnya.

Saluran empedu ekstrahepetik terletak didalam ligamentum hepatoduodenale yang batas atasnya porta hepatis, sedangkan batas bawahnya distal papila Vater. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik berpangkal dari saluran paling kecil yang disebut kanlikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi empedu melalui duktus interlobaris keduktus lobaris dan selanjutnya keduktus hepatikus di hilus

Panjang duktus hepetikus kanan dan kiri masing-masing antar 1-4 cm. Panjang duktus hepetikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muaraduktus sistikus

B. Fisiologi

Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500 ml perhari . Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus.

Kolesistokinin hormon sel APUD dari selaput lendir usu halus dikeluarkan atas rangsangan makanan berlemak atau produk lipotik didalm lumen usus. Hormon ini merangsang nervus vagus sehingga terjadi kontraksi kandung empedu setelah makan.

 

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A. DEFINISI

 Kanker empedu adalah jenis adenokarsinoma dengan penyebaran invasif langsung kedalam hati dan porta hati. Dan kanker ini jarang ditemukan dan biasanya didapat pada usia lanjut.

Data mengenai insiden adenokarsinoma kandung empedu sulit diperoleh. Tetapi kelainan ini tidak sangat jarang dan dari Amerika Serikat dilaporkan insiden 2,5 per 100.000 penduduk tiap tahun. Pada 1-2% preparat pada kolesistektomi secara kebetulan dijumpai karsinoma. Angka kejadian kanker empedu menduduki urutan kelima diantara keganasan sistem pencernaan . Patogenesisnya belum jelas mungkin mungkin berkaitan dengan batu empedu, radang kronis, polip, adenoama, kontak dngan karet dalam jangka panjang, dan diit kay akan garam nitrosa.

 

B. ETIOLOGI

Penyebab karsinoma kandung empedu tidak diketahui / idiopatik. Meskipun dapat ditunjukkan kenaikan frekuensi pada penderita dengan hubungan abnormal antara saluran empedu dengan duktus pankreatikus dan insiden yang meninggi 20 tahun sesudah reseksi lambung untuk ulkus peptikum

Terdapat asosiasi dengan batu kandung empedu (dalam 70% kasus ditemukan batu empedu pada penderita dengan karsinoma kandung empedu).

 

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala kanker empedu dalam stadium dini sangat tidak khas / kadang-kadang tidak ada sama sekali dan tumor ini hanya secara kebetulan ditemukan pada kolisistektomi karena batu

Kira-kira 75% penderita dengan karsinoma kandung empedu dirawat dengan nyeri perut kanan atas dan 50% penderita operasi dengan dugaan kolesistisis akut.

Ki ra-kira 1/3 penderita dirawat karena malaise umum, ikterus dan mempunyai obstruksi seluruh empedu yang disebabkan karena pertumbuhan lanjut lokal umumnya kedalam ligamentum hepetuduodenale / karena metasiasis kelenjar limfe didaerah ini.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ekografi merupakan peran penting dalam diagnostik tumor di daerah kandung empedu dana asangat jelas jika ada ikterus obstruktif sebagai akibat dari tumor yang pada permulaan tidak jelas akah tumor ini berasal dari kandung empedu, saluran empedu/ pancreas.

E. PENATALAKSANAAN

Penykit ini sering terjadi pada lansia (50 tahun ). Operasi adalah terapi adalah pilihan pertama, tapi karena penyakit ini memiliki gejala klinis dan temuan pencitraan yang tidak khas sehingga sulit didiagnosis dini sekitar 70% kanker empedu ketika didiagnosis sudah stadium lanjut, peluang operasi menjadi kecil.

Pasien yang tidak sesuai untuk operasi menjadi kecil.

1.      Kanker langsung mengenai saluran empedu hati, hingga saluran empedu didalam dan luar hati, menyempit, timbul ikterus obstruktif.

2.      Metastase kekelenjar limfe local menekan saluran empedu.

3.      Kondisi fisik pasien sangat buruk sehingga tidak mungkin melakukan operasi

Sedangkan tindakan paliatif yang tidak dapat dilakukan yaitu:

1.      Operasi radikal kandung empedu standar ditambah krioblasi organ, helium dan implementasi local terhadap kanker yang mengenai lapisan otot kandung empedu namun tak ada metastasis jauh, kandung e,pedu dapat diangkat dan mengangkat bagian hati yang kontak dengannya membersihkan kelnjar limfe disekitar ligament hepatikoduodenum.

2.      Operasi koleteral ditambah terapi fotodinamik dan krioblasi ini untuk kandung empedu yang tidak bisa diangkat, kanker sudah mengenai saluran empedu dan menyumbat saluran empedu.

3.      Teknik drainase duktus koleduktus intervensional .Metode ini dibagi atas drainase internal dan eksternal. Melalui jalur menembus kulit dan hati / melalui papila duodeni , dimasukkan ster koledokus dari logam yang dapat melebar untuk melebarkan dan menopang duktus koledokus.

4.      Radioterapi.Kanker lambung empedu cukup peka terhadap radioterapi. Penyinaran sewaktu operasi dapat menentukan lokasinya tepat, kedalamannya tinggi dan mengurangi /mencegah roda paksa / radiasi terhadap jaringan sehst.

5.      Kemoterapi. Melalui katerisasi arteri hepatik.

6.      Kolesstektomi

7.      Tumor terbatas pada dinding kandung empedu.

 

F.PROGNOSIS

Faktor prognostik terpenting untuk katahanan hidup penderita dengan karsinoma kandung empedu adalah stadium penyakitnya. Dalam stadium dini dengan pengangkatan radikal tumor ketahanan hidup 5 tahun menurun kira-kira 1-5%. Ketahanan hidup rata-rata penderita dengan endoprotesis adalah antar 3-6 bulan.

 

G. PATOFISIOLOGI

Patogenesis karsinma kandung empedu belum jelas tetapi mungkin berhubungan denagn batu empedu radang kronik, polip , adenoma. Batu empedu hampir selalu terbentuk di dalam kandung empedu dan jarang terbentuk pada saluran empedu  lainnya. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi faktor predisposisi yang penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh:

1.      Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu emped. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita penyakit batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalm kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya.

2.      Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsure tersebut.Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme sfingter oddi atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal, khusunya selam kehai\milan, dapat dikaitkan denag perlambatan pengosongan kandung empedu, menyebabkan insiden yang tinggi pada kelompok ini.

3.      Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu melalui peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan mucus. Mucus meningkatkan viskositas dan unsur seluler atau bakteri dapat berperanan sebagai pusat presipitasi.

Keriga hal tersebut sebagai pemicu terjadinyan sedimentasi susunan empedu. Batu empedu tidak menimbulkan keluhan selam batu tidak masuk kedalam ujung duktus sistikus / duktus koledokus. Bila batu masuk kedalam ujung duktus sistikus dapat menyebabkan keluhan  yang disebabkan oleh elemen empedu yang tidak dapat diserap dan kadarnya makin lama makin bertambah akibat  lanjut terjadi adhesi kandung empedu dengan sekitarnya dan biasanya terjadi perforasi dengan akibat abses / rupture kandung empedu. Akibatnya terjadi intoleransi lemak, mual, muntah, selain inflamasi akibat obstruksi duktus sistikus sehingga timbul billier. Batu juga dapat bermigrasi keduktus koledoktus dan terjadi obstruksi. Bila parsial akan akan menyebabkan peningkatan intraduktus sebelah proksimal dan terjadilah kontraksi otot polos pada duktus dan terjadilah kolik empedu. Bila obstruksinya sempurna terjadi resistensi empedu sehingga timbul ikterus obstruktif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



I. PROSES KEPERAWATAN

a. Pengkajian keperawatan

1.      Aktivitas / istirahat

clip_image001      Gejala :kelemahan

clip_image001[1]      Tanda :gelisah

2.      Sirkulasi

clip_image001[2]      Tanda :Takikardi, berkeringat

3.      Eliminasi

clip_image001[3]      Gejala : Perubahan warna urin dan feses

clip_image001[4]      Tanda : distensi abdomen, urin gelap pekat, feses warna tanah liat.

4.      Nutrisi

clip_image001[5]      Gejala : Anoreksia, mual muntah

Tanda : Kegemukan, adanya penurunan BB

5.      Nyer / kenyamanan

clip_image001[6]      Gejala : nyeri abdomen atas berat

6.      Pernafasan

clip_image001[7]      Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan

7.      Keamanan

clip_image001[8]      Tanda : demam, menggigil, gatal, kulit berkeringat.

 

b.Diagnosa keperawatan

Ì Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi, obstruksi / spasme duktus proses inflamasi, iskemi jaringan / nekrosis

Ì Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

Ì Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, gangguan pencernaan lemak sekunder terhadap sirkulasi aliran empedu

c. Intervensi keperawatan

Ì Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi, obstruksi / spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan

Hasil yang diharapkan :

Nyeri dapat berkurang atau hilang, pasien dapat istirahat denagn nyaman, wajah pasien dalam keadaan tenang.

Intervensi :

ü  Observasi, catat lokasi dan  intensitas nyeri (skala nyeri 0-10 ) dan karakteristik nyeri

ü  Pertahankan tirah baring dalam posisi dapat memberi rasa nyaman

ü  Ciptakan lingkungan tenang

ü  Berikan informasi mengenai nyeri yang timbul / dialami klien

ü  Berikan analgetik

Ì Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan keseimbangan caiaran yang adekuat.

Intervensi ;

ü  Pantau tanda / gejala peningkatan mual muntah, kram abdomen, kelemahan

ü  Pantau tanda-tanda vital

ü  Pertahankan masukan dan haluaran yang adekuat

Ì Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denagan mual, muntah dan gangguan pencernaan lemak sekunder terhadap sirkulasi aliran empedu

Hasil yang diharapkan :

Kebutuhan nutrisi klien terpenuha

Intervensi :

ü  Kji distensi abdomen

ü  Kaji pola intake nutrisi klien

ü  Beriakn kebersihan oral sebelum dan sesudah makan

 

d. Evaluasi

©      Nyeri berkurang

©      Cairan didalam tubuh yang seimbang

©      Kebutuhan nutrisi klien seimbang

 

 


BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Data mengenai insiden adenokarsinoma kandung empedu sulit diperoleh. Tetapi kelainan ini tidak sangat jarang dan dari Amerika Serikat dilaporkan insiden 2,5 per 100.000 penduduk tiap tahun. Pada 1-2% preparat pada kolesistektomi secara kebetulan dijumpai karsinoma. Angka kejadian kanker empedu menduduki urutan kelima diantara keganasan sistem pencernaan . Patogenesisnya belum jelas mungkin mungkin berkaitan dengan batu empedu, radang kronis, polip, adenoama, kontak dngan karet dalam jangka panjang, dan diit kay akan garam nitrosa.

 

B. Saran dan Kritik

Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari bahwa makalah ini masih  jauh dari kesempurnaan,untuk itu penyusun  mengharapkan saran dam kritik yang bersifat membangun agar makalah ini  dapat lebih baik.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Brunner&Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta:EGC.

Doengoes, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC.

Sjamsuhidayat, R dan Wim deJong.2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :EGC.

http://www.medicastore.com

Posting Komentar

0 Komentar