Askep Hipertiroid
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Robert Graves pada tahun 1835 pertama kali melaporkan tiga penderita dengan palpitasi, struma dan adanya eksoftalmus. Adanya kelainan mata yang menyertai hipertiroidisme mempunyai arti penting, oleh karena hampir seratus persen, khususnya pada penderita dewasa muda adalah penderita penyakit Graves. Istilah oftalmopati mempunyai arti yang luas yaitu mencakup semua kelainan mata yang dapat menyertai hipertiroidisme. Beberapa istilah dapat dijumpai dalam kepustakaan sehubungan dengan oftalmopati pada hipertiroidisme seperti oftalmopati tiroid, oftalmopati Graves, penyakit mata tiroid, dan akhir-akhir ini digunakan juga nama oftalmopati terkait tiroid (thyroid associated ophthalmopathy). Istilah oftalmopati Graves lebih sering dipakai oleh karena sebagian dari oftalmopati ditemukan pada penderita Graves. Hanya sebagian kecil saja dapat dijumpai pada hipertiroidisme non-Graves dan pada tiroiditis Hashimoto. Sebagian besar dari penderita Graves akan mengunjungi ahli penyakit dalam oleh karena keluhan-keluhan kardiovaskular, sebagian lain ke ahli bedah atau ahli THT oleh karena benjolan di leher yang jelas dan sebagian kecil mengunjungi ahli mata akibat kelainan mata khususnya eksoftalmus. Mengingat sebagian besar penderita Graves akan mengunjungi ahli penyakit dalam, khususnya mereka yang berkecimpung di bidang endokrinologi, sudah selayaknya apabila oftalmopati Graves harus dikenal, dari bentuk yang paling ringan sampai yang terberat.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelenjar tiroid.
B. Tujuan Khusus
o Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi Hipertiroid
o Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi
o Untuk mengetahui Patofisiologi Hipertiroid
o Untuk mengetahui Penegakan Diagnosa Hipertiroid
o Untuk mengetahui Kompilasi Hasil dan Interpretasi Akhir
o Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita Hipertiroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Bila kelenjar tiroid overaktif dan memproduksi hormon yang berlebihan, maka keadaan ini dinamakan hipertiroid. Penyebab tersering adalah suatu proses semacam alergi (autoimun), dimana ada antibodi yang bereaksi ke kelenjar tiroid sehingga tiroid membesar secara menyeluruh (difus), overaktif, dan memproduksi hormon yang banyak, penyakit ini disebut Graves’ Disease.
Ada istilah tirotoksikosis, yang berarti hipertiroid dengan tanda-tanda akibat hormon berlebihan, misalnya berdebar, badan makin kurus, mata menonjol, dan lain-lain. Karena sebenarnya artinya tidak berbeda dengan hipertiroid, maka kita pakai istilah hipertiroid saja.
II. Etiologi
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid, yaitu :
o Penyakit Graves
o Toxic Nodular Goiter
o Minum obat hormon tiroid berlebihan
o Produksi TSH yang abnormal
o Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)
o Konsumsi yodium berlebihan
III. Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar Gondok atau Thyroid Gland (Tiroid) adalah kelenjar yang kecil berbentuk kupu, letaknya di bagian bawah leher, terdiri dari dua sayap yaitu lobus kanan dan kiri, serta penghubung di tengah yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (kebanyakan berasal dari makanan seperti seafood, roti, dan garam), yang digunakan untuk membentuk hormon.
Hormon dari tiroid adalah triiodothyronine atau T3, dan tetraiodothyronine (Thyroxin) atau T4. Kedua hormon ini diperlukan untuk energi, pembakaran, atau metabolism sel tubuh. Jumlah T4 adalah 99.9% dan T3 0.1%, namun yang mempunyai efek pada tubuh terutama adalah T3, begitu dilepaskan dari kelenjar ke dalam darah, sebagian besar T4 akan diubah menjadi T3, yang akan dipakai untuk metabolisme sel.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
Tiroid diatur oleh kelenjar Pituitary atau Hipofisis di otak. hipofisis diatur kembali (feedback) oleh hormon tiroid di aliran darah, dan oleh kelenjar lain di otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengeluarkan thyrotropin releasing hormone (TRH), yang merangsang hipofisis mengeluarkan thyroid stimulating hormone (TSH). Selanjutnya TSH merangsang tiroid melepaskan T3 dan T4. Apabila salah satu kelenjar menjadi hiperaktif, maka T3 dan T4 akan dibentuk berlebihan, dan terjadilah hipertiroid.
Hipotalamus - TRH
Hipofisis - TSH
Tiroid - T4 & T3
Kecepatan pembentukan T3 dan T4 dikontrol oleh hipofisis (TSH). Apabila kadar T3 dan T4 di darah kurang, TSH yang dikeluarkan akan meningkat untuk merangsang tiroid membentuk T3 dan T4. Sebaliknya bila T3 dan T4 di darah berlebihan, maka pelepasan TSH berkurang untuk menurunkan produksi tiroid.
IV. Patofisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
· Penyakit Graves
Penyakit Graves atau Graves’ disease disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif, dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Kelenjar tiroid membesar merata atau menyeluruh, tidak bisa memberi respons terhadap kontrol dari TSH.
Penyakit ini biasanya turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana ada antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah, yaitu thyroid stimulating immunogliobulin (TSI antibodies), thyroid peroksidase antibodies (TPO), dan TSH receptor antibodies (TRAb). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi leher, obat-obatan, dan infeksi virus.
Penyakit Graves sering diikuti dengan kelainan mata dan kulit, gangguan pada mata menyebabkan penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision (melihat ganda). Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
· Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu (single nodule) atau banyak (multinodular). Kata toxic artinya hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
· Minum Obat Hormon Tiroid Berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur, sehingga pasien terus minum obat tiroid; ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan berat badan hingga timbul efek samping.
· Produksi TSH yang Abnormal
Tumor pada kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak. Keadaan ini jarang didapatkan, dan biasanya disertai dengan gangguan hormon lain yang juga diproduksi oleh hipofisis.
· Tiroiditis (Radang Kelenjar Tiroid)
Radang tiroid umumnya disebut Tiroiditis Subakut yang disebabkan oleh infeksi virus, ditandai dengan demam, nyeri menelan, kelenjar tiroid membesar dan sakit bila tersentuh; dapat diikuti dengan peningkatan hormon tiroid.
Tiroiditis juga sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut Tiroiditis Pasca Persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hipotiroid, yang selanjutnya berangsur menjadi normal. Silent Thyroiditis adalah suatu keadaan radang kelenjar tiroid yang tanpa gejala atau tiroiditis yang sangat ringan, biasanya tidak terasa nyeri.
· Konsumsi Yodium Berlebihan
Kelenjar tiroid memakai yodium untuk membuat hormon tiroid, bila konsumsi yodium berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid. Kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Pemakaian obat tertentu seperti amiodarone (cordarone), suatu obat yang digunakan untuk gangguan irama jantung, juga mengandung banyak yodium dan bisa menimbulkan gangguan tiroid.
V. Pathway
VI. Tanda dan Gejala
Hipertiroid biasanya disertai dengan berbagai keluhan dan gejala. Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
· Banyak keringat
· Tak tahan panas
· Sering buang air besar, kadang diare
· Jari tangan gemetar (tremor)
· Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
· Jantung berdebar cepat
· Denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit
· Berat badan turun, meskipun makan banyak
· Rasa capai
· Otot lemas, terutama lengan atas dan paha
· Rambut rontok
· Kulit halus dan tipis
· Pikiran sukar berkonsentrasi
· Haid menjadi tidak teratur
· Kehamilan sering berakhir dengan keguguran
· Bola mata menonjol, dapat disertai dengan penglihatan ganda (double vision)
· Denyut nadi tidak teratur (atrial fibrillation), terutama pada usia di atas 60 tahun.
Pada orang tua, gangguan irama jantung dapat mengakibatkan gagal jantung. Pada kasus yang berat dapat timbul tekanan darah tinggi, demam, gagal jantung, bahkan bisa bingung, gangguan mental sampai tidak sadar.
Bila kita temukan seorang dengan tangan gemetar, banyak keringat, kulit halus dan tipis, rambut rontok, denyut jantung cepat, serta pembesaran kelenjar tiroid, maka patut dicurigai ada hipertiroid. Mata sering tampak menonjol keluar. Gejala akan jelas terlihat pada hipertiroid yang sudah lanjut, namun pada kasus dini apalagi pada orang tua, seringkali kelewatan tidak terdeteksi, pada keadaan demikian perlu pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan darah akan ditemukan kenaikan hormon T3 dan atau T4. Demikian pula pemeriksaan TSH darah sangat penting dan biasanya ditemukan kadar TSH yang rendah, kecuali bila penyebab hipertiroid adalah karena tumor di hipofisis yang banyak memproduksi TSH. Pada kasus tertentu, diperlukan pemeriksaan antibodi dan scan yodium radioaktif, untuk melihat penyakit dasar pada tiroidnya.
VII. Pengobatan Hipertiroid
Pengobatan hipertiroid meliputi :
· Mengobati gejala hipertiroid
Biasanya diberi obat untuk menghilangkan gejala jantung yang berdetak sangat cepat, misalnya Propanolol atau Atenolol. Kadang diperlukan obat penenang dan tambahan vitamin.
· Pemberian obat anti tiroid
Obat yang dipakai untuk menurunkan T3 atau T4 adalah Propylthiouracil (PTU), Carbimazole (Neo-Mercazole), Thiamazole (Thyrozol), dan Methimazole. Obat ini bekerja menghambat perubahan T4 menjadi T3 yang aktif. Pemakaian obat jangka panjang perlu diperiksa jumlah lekosit darah karena efek obat pada sumsum tulang.
Pengobatan sering perlu sampai lama, apabila sudah tercapai eutiroid atau normotiroid (kadar hormon sudah normal), pasien masih dianjurkan memeriksakan hormonnya secara berkala, karena sebagian bisa kambuh terutama pada penyakit Graves.
· Yodium radioaktif
Pengobatan radiasi ini memakai yodium 131 yang diminumkan dalam bentuk tablet atau cairan, bahan yodium ini diserap hanya oleh sel tiroid, bahan radioaktifnya merusak sel itu, sehingga produksi hormon yang berlebihan bisa dihentikan. Pengobatan ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyusui. Orang yang dengan sakit jantung berat, atau tidak tahan dengan obat anti tiroid, dianjurkan menjalani pengobatan ini.
Pasca pengobatan perlu penyesuaian selama beberapa minggu, sebagian orang mengalami hipotiroid yang permanen sehingga perlu minum obat hormon tiroid terus. Pengaruh radiasi jangka panjang juga perlu dipikirkan.
· Tindakan bedah.
Pembedahan biasanya mengambil sebagian kelenjar tiroid, tujuannya agar produksi hormon menjadi normal dan tidak lagi berlebihan. Akan tetapi bila pengambilan terlalu banyak, juga dapat timbul hipotiroid.
Komplikasi pembedahan adalah kerusakan jaringan sekitarnya, misalnya saraf untuk pita suara, kelenjar paratiroid yang mengatur kalsium darah. Bila terambil sebagian paratiroid menyebabkan kalsium darah terlalu turun sehingga perlu minum pil kalsium.
Dengan adanya obat anti tiroid, tindakan bedah sudah tidak terlalu sering lagi. Pembedahan dilakukan terhadap orang yang tidak berhasil dengan obat oral, atau kelenjar yang sangat besar sehingga menekan jalan nafas dan mengganggu proses menelan.
VIII. Data Dasar Pada Pengkajian Pasien
1) Aktivitas/istirahat
· Gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
· Tanda : Atrofi otot.
2) Sirkulasi
· Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
· Tanda : disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
· Gejala: urine dalam jumalh banyak, perubahan dalam feses (diare).
4) Integritas ego
· Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
· Tanda : Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/cairan
· Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
· Tanda : Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
6) Neurosensori
· Tanda : Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
7) Nyeri/kenyamanan
· Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
8) Pernafasan
· Tanda: frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9) Keamanan
· Gejala : tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
· Tanda : suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
· Tanda : penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
· Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen foto dengan kontras.
IX. Pemeriksaan Diagnostik
· Tes ambilan RAI : meningkat
· T4 dan T3 serum : meningkat
· T4 dan T3 bebas serum : meningkat
· TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
· Tiroglobulin : meningkat
· Stimulasi TRH : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
· Ambilan tiroid131: meningkat
· Ikatan proein iodium : meningkat
· Gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
· Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat.
· Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
· Elektrolit : hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
· Katekolamin serum : menurun.
· Kreatinin urine : meningkat
· EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
X. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
XI. Perencanaan
A. Diagnosa pertama :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Tujuan asuhan keperawatan : mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
Rencana tindakan dan rasional :
1) Mandiri
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
b. Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
Memberikan ukuran volume sirkuasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung.
c. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
d. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat terhadap adanya takikardia.
e. Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik, adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
f. Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
Takikardia merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid, dsiritmia seringkali terjadi dan dapt membahayakan fungsi antung atau curah jantung.
g. Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal.
Tanda awal terjadinya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
h. Pantau suhu, berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
Demam terjadi sebagai akibat kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
i. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
j. Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Kehilangan cairan yang banyak (melalui muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
k. Timbang berat badan setiap hari, sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.
l. Catat adanya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi).
m. Observasi efek samping dari antagois adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda – tanda adanya kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
Satu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
2) Kolaborasi
a. Berikan cairan iv sesuai indikasi.
Pemberian cairan melalui iv dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
b. Berikan O2 sesuai indikasi
Mungkin juga diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan terhadap oksigen tersebut.
B. Diagnosa kedua :
Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang : mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Tujuan asuhan keperawatan : Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.
Rencana tindakan/rasional :
1) Mandiri
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (di atas 160x/mnt) mungkin akan ditemukan.
b. Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
c. Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang sejuk dan musik santai (tenang).
Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi , hiperaktif dan insomnia.
d. Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika memungkinkan.
Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
e. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
f. Memberikan aktifitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
Memungkinkan unttk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
g. Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien, diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.
Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi dan emosi yang berlebihan.
h. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini.
Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi sat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
2) Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi (sedatif, mis: fenobarbital/luminal, transquilizer/klordiazepoksida/librium.
Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif dan insomnia.
C. Diagnosa ketiga :
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
Tujuan asuhan keperawatan : Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisi.
Rencana tindakan/rasional :
1) Mandiri
a. Auskultasi bising usus.
Bising usus hiperaktif menerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b. Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan (tanda asidosis metabolik).
c. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan.
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
d. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
e. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu dll).
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
2) Kolaborasi
a. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
b. Berikan obat sesuai indikasi:
· Glukosa, vitamin B kompleks.
Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
· Insulin (dengan dosis kecil)
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
D. Diagnosa keempat :
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan asuhan keperawatan : Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Rencana tindakan/rasional :
1) Mandiri
a. Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata.
Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
b. Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).
Oftalmopati infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
c. Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.
e. Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
f. Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan gambaran diri.
Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata.
2) Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai dengan indikasi:
· Obat tetes mata metilselulosa.
Sebagai lubrikasi mata.
· ACTH, prednison.
Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat.
· Obat antitiroid
Dapat menurunkan tanda/gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk.
· Diuretik
Dapat menurunkan edema pada keadaan ringan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (H. Lismidar, 1990).
E. Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990).
1) Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
· Identitas klien
· Riwayat penyakit sekarang
· Riwayat penyakit dahulu
· Riwayat penyakit keluarga
· Riwayat psikososial
· Pola fungsi kesehatan
2) Pemeriksaan fisik berdasarkan sistem-sistem tubuh :
a). Sistem integumen
b). Sistem pernapasan
c). Sistem pengindraan
d). Sistem kordiovaskuler
e). Sistem gastrointestinal
f). Sistem muskuloskeletal
g). Sistem neurologis
h). Sistem genetalia
3) Pemeriksaan penunjang
F. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul dapat berupa, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri, dll.
G. Diagnosa Keperawatan
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (Lismidar, 1990).
H. Intervensi
I. Implementasi
J. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company : Philadelphia
Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
1 Komentar
terimakasih banyak, sangat membantu sekali artikelnya....
BalasHapus