BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi
Urolithiasis adalah penyakit dimana didapatkan batu didalam saluran kemih yang dimulai dari kaliks sampai uretra.
B. Etiologi
- Faktor endogen
Misalnya faktor genetik, usia lebih banyak pada usia 35 – 50 tahun dan jenis kelompok lebih banyak pada pria.
- Faktor eksogen
Misalnya faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan dalam air minum.
- Gangguan aliran kencing
- Infeksi saluran kemih
- Kekurangan cairan
C. Fatofisiologi dan Penyimpangan KDM
Faktor eksogen Faktor endogen Gangguan ISK Kekurangan
aliran kencing cairan
UROLITHIASIS
Perubahan status kesehatan Hospitalisasi | Penekanan/distorsi Jaringan setempat Pelepasan mediator kimia (biaksdin) Merangsang nosireseptor Impuls ke talamus Corteks cerebri Nyeri | Obstruksi saluran kemih Pengeluaran urin Inkomplit Kapasitas vesica urinaria Perubahan eliminasi Urine |
Upolitiasis dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yaitu faktor endogen, yaitu genetik. Faktor oksogen yaitu lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, ISK dan kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh. Semua hal diatas menyebabkan terjadinya perubahan status penekanan / distori jaringan, sehingga merangsang mediatorkimia yaitu bradikinin, dan nosiseptor terangsang diteruskan ke thalamus dan certex serebri maka nyeri dipersepsikan menyebabkan pengeluaran urin inkomplit sehingga meningkat maka terjadi perubahan Eliminasi Urine (B4K).
D. Manifestasi Klinik
- Adanya batu dalam traktus uranius bergantung pada adanya obstuksi, infeksi dan edema.
- Ketika batu menghambat aliran urine terjadi obstuksi yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia,pasien sering merasa berkemih namun hanya sedikit yang keluar.
- Adanya batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi urinarius dan Homaturia.
E. Penatalaksanaan Medik
Tujuan Pengelolaan batu saluran kencing adalah :
- Menghilangkan Obstruksi
- Mengobati infeksi
- Menghilangkan rasa nyeri
- Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah yang diambil :
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu. Lokasi dan besarnya batu.
2. Menentukan adanya akibat batu saluran kencing :
- Nyeri
- Obstruksi disertai perubahan pada ginjal
- Infeksi
- Adanya gangguan fungsi ginjal.
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
4. Analisis batu
5. Mencari latar belakang terjadinya batu
6. Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi
F. Prognosis
Prognosis batu saluran kencing bergantung dari faktor :
- Besarnya batu
- Letak batu
- Adanya infeksi
- Adanya obstruksi
Makin besar batu makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
- Sirkulasi
Tanda : Peninggian TD / nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
- Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus)
Penurunan keluarnya urine, kandung kemih penuh
Rasa terbakar, dorongan kemih.
Diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, piuria
Perubahan pola berkemih.
- Makanan / Cairan
Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
Diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau tostat
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
- Nyeri / Keamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh pada panggul di Regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha / genetalia.
Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada dipervis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut bebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan umum.
- Kenyamanan
Gejala : Penggunaan alkohol
Demam menggigil
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gaut isk kronik.
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumya, hiperparatirioidisme.
Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
B. DIAGNOSA TEST
Urinalisasi : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat)
Urine : Kroatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksarat
Kultur urine : Mungkin menunjukkan isk
Survei biokimia : Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein.
Kadar Klorida dan : Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar
biokarbonat serum biokarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
Hitung darah Lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi.
SDTU : Biasanya normal.
Hormon paratioroid : Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal.
Fotoronsen kub : Menunjukkan adanya kalkuli dan / atau perubahan anatomik pada darah ginjal dan sepanjang ureter.
IVP : Memberikan informasi cepat tentang orolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul, menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik.
Sistonreterokopi : Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan / atau efek obstruksi.
Ultra sond ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi lokasi batu.
C. MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri b/d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ueteral, trauma, jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler d / d keluhan nyeri kolik, perilaku melindungi idistraksi, merintih, fokus pada
- Perubahan eliminasi urin b / d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau urateral, obstruksi mekanik, inflamasi. d/d urgensi dan frekuensi, oliguria, hematuria.
- Kekurangan volume cairan resiko tinggi terhadap b/d mual-mual, diuresis pasca obstruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan / mengingat, salah interprestasi informasi, tidak mengenai sumber informasi. d/d pertanyaan meminta informasi, pernyataan meminta informasi, pernyataan salah konsepsi, menyatakan masalah, tidak akurat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
1. Nyeri.
Mandiri
a. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0 - 10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genetalia sehubungan dengan Proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tibadan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gairah, ansiktas berat.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian / karakteristik nyeri.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansictas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu / terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.
c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d. Bantu dan dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik.
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
e. Dorong / bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3 – 4 liter / hari dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu mencegah stasis urine, danemembantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f. Perhatikan keluhan peningkatan / menetapnya nyeri abdomen.
Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravorasi urine ke dalam area perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.
Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi :
Narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin.
Rasional : Biasanya di berikan selama episode akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot / mental.
b. Antispasmodik, contoh flavoksat (uripas), oksibutin (ditropan)
Rasional : Menurunkan refleks sporme dapat menurunkan kolik dan nyeri.
c. Kolikosteroid.
Rasional : Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.
d. Berikan kompres hangat pada punggung
Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme.
e. Pertahankan potensi keteter bila digunakan.
Rasional : Mencegah stosis / retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
2. Eliminasi Urine
Mandiri
- Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh : infeksi dan pendarahan-pendarahan dapat menidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter, catatan : pendarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jantung.
- Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekat pertemuan uretro vesikal.
- Dorongan meningkatkan pemsukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
- Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.
Rasional : Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipebatu dan mempengaruhi pilihan terapi.
- Selidiki keluhan kandung kemihpenuh, palpsi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine adanya edema periorbital / tergantung.
Rasional : Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih dan ginjal) dan potensial resiko infeksi ginjal / ginjal.
- Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Kolaborasi
- Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin.
Rasional : peninggian BUN kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
- Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas, berikan contoh : obat sesuai, indikasi.
Rasional : menentukan adanya ISK, yang penyebab / gejala komplikasi
3. Kekurangan volume cairan
Mandiri
- Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran
Rasional : Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat statis / kerusakan ginjal.
b. Intervensi : Catat insiden, muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan
Rasional : Mual / muntah dan diare secara umum berhubungan ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.
c. Intervensi : Tingkatan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga tindakan “mencuri” yang dapat membilas batu keluar. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebihan.
d. Intervensi : Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgur, kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator hidrasi / volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
Catatan : penurunan LFG merangsang produksi rennin yang bekerja untuk meningkatkan TD dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal.
e. Intervensi : Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Peningkatan berta badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi.
Kolaborasi
a. Intervensi : Awasi Hb / Ht elektrolit
Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi
b. Intervensi : Berikan cairan IV
Rasional : Mempertahankan volumesirkulasi (bila pemasukan oral tidak cukup) meningkatkan fungsi ginjal.
c. Intervensi : Berikan diet cepat, cairan jernih, makanan lembut sesuai toleransi.
Rasional : Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GL/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
d. Intervensi : Berikan obat sesuai indikasi antiemetik contoh proklor perazin.
Rasional : Menurunkan mual / muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Mandiri
a. Intervensi : Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Intervensi : Tekanan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh : 3-4 L/hr atau 6-8 L/hr. Dorong pasien untuk melapornya, mulut kering, diuresis berlebihan / berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak.
Rasional : Pembulatan sistem ginjal menurunnya kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu peningkatan kehilangan cairan / dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
c. Intervensi : Kaji ulang program diet, sesuai individual.
Rasional : Diet tergantung pada tipe batu. Pemahaman alasan pembatasan memberikan kesempatan pada pasien membuat pilihan informasi, meningkatkan kerjasama dalam program dan dapat mencegah kekambuhan.
d. Intervensi : Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum alkohol.
Rasional : Menurunkan pemasukan oral terhadap prekusur asam urat.
e. Intervensi : Diet rendah kalsium. Contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yoghurt.
Rasional : Menurunkan resiko pembentukan batu kalsium.
f. Intervensi : Diet rendah oksalat. Contoh pembatasan coklat, minuman mengandung kafein, bit, bayam.
Rasional : Menurunkan pembentukan batu kalsium oksalat
g. Intervensi : Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca semua label produk / kandungan dalam makanan
Rasional : Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. Makan produk yang mengandung bahan yang dikontraindikasikan secara individu. (Contoh : kalsium fosfat) potensial pembentukan obat ulang.
h. Intervensi : Mendengar dengan aktif tentang program terapi / perubahan pola hidup.
Rasional : Membantu pasien, bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi.
i. Intervensi : Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik. Contoh : nyeri berulang, hematuria, oliguria.
Rasional : Dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah implikasi serius.
j. Intervensi : Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi / kateter bila ada
Rasional : Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan kemandirian.
BAB III
K A S U S
A. Pengkajian Data Dasar
No. RM :
Tanggal : 15-11-2005
Tempat : I III B RSU Pelamonia
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama : Tn. M Umur : 51 th
Tempat / tgl lahir : Toraja, 1957 Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Menikah Agama : Kristen
Pendidikan terakhir : SMA Suku : Toraja
Pekerjaan : Kapten Lama kerja : 29 th
Alamat : Tator Telepon : -
Tanggal masuk RS : 15-11-2005 Ruangan : I III B RSU Pelamonia
Golongan darah : A Sumber info : Klien dan keluarga
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A Umur : 47 th
Pendidikan terakhir : SMP Pekerjaa : -
Hubungan dengan klien : Istri Telepon : -
Alamat : Tator
2. Riwayat Kesehatan saat ini
a. Keluhan utama : sakit pinggang tembus belakang
b. Riwayat penyakit klien :
· Klien pernah mengalami sakit pinggang beberapa tahun yang lalu
· Klien pernah dirawat di RSU Pelamonia dengan diagnosa APP, maag, tumor jinak di punggung
· Sakit pinggang timbul apabila klien lama duduk dan kurang minum air
· Nyeri pinggang tidak berhubungan dengan perubahan cuaca.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
· Klien tidak eprnah mengalami penyakit akut maupun kronik, kecuali flu, demam biasa, batuk-batuk ringan.
· Klien pernah dirawat dengan penyakit maag sebanyak 2 kali di RSU Pelamonia.
· Klien juga pernah dirawat degan penyakit APP dan tumor jinak di RSU Pelamonia.
· Riwayat penyakit batu ginjal sudah dialami beberapa tahun lalu
· Klien pernah dioperasi 2 kali dengan penyakit APP dan tumor jinak
· Klien tidak mengalami alergi terhadap makanan atau minuman serta suasana tertentu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan :
• = laki-laki
O = perempuan
+ = meninggal
n = klien
---- = hidup bersama
Generasi I + II = orangtua dan beberapa saudara klien meninggal tanpa diketahui jenis penyakitnya
Generasi III = ada anak klien yang menderita penyakit maag dan tidak menderita penyakit lain.
e. Riwayat psikospiritual
- Pola koping : klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadinya di hari tua
- Harapan klien tentang penyakitnya : klien berharap cepat sembuh dan kembali bekerja
- Faktor stressor : ingin cepat sembuh
- Konsep diri : klien tidak merasa rendah diri karena penyakitnya karena dianggap wajar terjadi di hari tua
- Pengetahuan klien : klien menyatakan bahwa penyakitnya terjadi akibat banyak duduk dan dalam melaksanakan tugas kurang minum air
- Hubungan dengan anggota keluarga : baik, klien sering berkunjung ke rumah keluarga bila lagi liburan dan hari raya
- Hubungan dengan masyarakat : klien ikut dalam organisasi di lingkungannya dan bergabung dengan anggota sebayanya bila ada acara di sekitar lingkungannya.
- Aktivitas sosial : klien mau mengikuti kegiatan dari masyarakat bila ada waktu dan kesempatan
- Kegiatan keagamaan : klien rajin ibadah
f. Kebutuhan dasar
- Pola makan : keluarga dan klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk dan kadangkala buah-buahan. Klien kadang kala makan tidak teratur karena tugas dan pekerjaannya. Makanan pantangan tidak ada, klien tidak mau memilih-milih makanan.
- Pola minum : klien kadangkala tidak minum / kurang minum akibat tugas dan tanggungjawab, minuman kesukaan adalah kopi setiap pagi dan sore.
- Pola elimininasi :
BAK : klien buang air kecil lancar, namun kadangkala terasa sakit karena kurang minum air dengan warna urin kadang jernih dan kadang kekuning-kuningan.
BAB : klien BAB 1 x sehari, konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat BAB, warna feses kuning dan tidak dijumpai kelainan.
- Pola tidur : klien tidur tidak teratur karena tugas dan pekerjaan yang banyak menyita waktu dan pikiran
- Aktivitas sehari-hari : klien mengatakan ia bekerja sebagai kapten dan setiap hari keluar rumah pagi dan kadang malam baru pulang ke rumah. Klien biasa mengikuti acara kemiliteran pada waktu malam.
g. Pemeriksaan Fisik
- Sistem pernapasan : klien tidak merasa sesak, pernapasan teratur dengan frekuensi 26 x / menit. Tidak ada gangguan pernapasan.
- Sistem kardiovaskuler : saat pemeriksaan TD = 120/90
Frekuensi jantung 88 x / menit, tidak ada gangguan berarti.
- Sistem genitourinaria : nyeri saat miksi (+), urine berwarna kuning, tidak dijumpai partikel darah atau lainnya. Nyeri ketukan pada pinggang.
- Sistem muskoskeletal : kekakuan oto (-), tonus otot sedang, atropi otot (-), nyeri tekan (-), edema (-), kelemahan (-).
- Sistem gastrointestinal : tidak ditemukan kelainan, mual (-), selera makan baik, nyeri epigastrum (-), kadnag-kadang diare, tapi tidak begitu mengganggu, konstipasi jarang.
- Sistem neurologi : kehilangan memori (-), komunikasi lancar dan jelas, orientasi terhadap orang baik, waktu dan tempat baik, emosi dapat dikendalikan, tenang, tremor (-).
- Sistem endokrin : riwayat DM (-) dan riwayat makan berlebih (-), belum pernah dideteksi akibat gangguan metabolisme lainnya.
- Sistem respiratoris : sistem pernapasan baik, tidak ada bunyi / gangguan saluran pernapasan.
- Sistem pendengaran : pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
- Sistem penglihatan : penglihatan klien baik, tidak menggunakan alat bantu / kacamata
h. Pemeriksaan Diagnostik
- USG
- darah lengkap
i. Penatalaksanaan Medis
- Inf. RL
- Inj. Buscopan 1 ampul / 8 jam
- Inj. Cepro 2 x 1
- Inj. Ulcumet 1 ampul / 8 jam
KLASIFIKASI DATA
Data subyektif
1. Klien mengeluh sakit pinggang tembus belakang
2. Klien menyatakan nyeri tekan pada pinggang kanan
3. Klien menyatakan sakit saat miksi
4. Klien menyatakan kurang minum
5. Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Data obyektif
1. TD = 120/90
P = 26 x / menit
Frekuensi jantung = 80 x / menit
2. Warna urine klien jernih dan kekuning-kuningan
G. ANALISIS DATA
DATA | KEMUNGKINAN PENYEBAB | MASALAH KEPERAWATAN |
DS Ø Klien mengeluh sakit pinggang tembus belakang Ø Klien menyatakan nyeri tekan pada pinggang kanan Ø Klien menyatakan sakit saat miksi | Penekanan / distorsi jaringan setempat ¯ Pelepasan mediator kimia (bradikidin) ¯ Merangsang nosireseptor ¯ Implus ke thalamus ¯ Cortex serebri ¯ Nyeri | Nyeri |
DS Ø Klien menyatakan kurang minum Ø Klien menyatakan sakit saat miksi DO Ø Warna urine klien jernih dan kekuning-kuningan | Obstruksi saluran kemih ¯ Pengeluaran urine inkomplit ¯ Kapasitas vesika urinaria ¯ Perubahan eliminasi urine | Perubahan Eliminasi Urine |
DS Ø Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya | Perubahan status kesehatan ¯ Hospitalisasi ¯ Kurang informasi tentang penyakit ¯ Kurang pengetahuan | Kurang pengetahuan |
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth .J, 2000. Faku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.
Doengos E. Marilynn, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Soeparman, DR. Dr. dkk. 1990. Ilmu Penyakit dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Suddarth dan Brunner, dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Wilson .m. Lorraine & Price A. Sylvia, 1995. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
0 Komentar