SATUAN ACARA PENYULUHAN
POKOK BAHASAN : NEUROLOGI ANAK
SUB POKOK BAHASAN : FEBRIS KONVULSI (KEJANG DEMAM) PADA ANAK
SASARAN :KELUARGA PASIEN DENGAN FEBRIS KONVULSI (KEJANG DEMAM)
WAKTU : 30 MENIT
TEMPAT :BANGSAL IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
I. LATAR BELAKANG
Kejang disebabkan oleh adanya pelepasan hantaran listrik yang abnormal di otak. Gejala yang timbul dapat bermacam-macam tergantung pada bagian otak yang terpengaruh, tetapi umumnya kejang berkaitan dengan suatu sensasi ”aneh”, kekakuan otot yang tidak terkendali, dan hilangnya kesadaran.
Kejang dapat terjadi akibat adanya kelainan medis. Rendahnya kadar gula darah, infeksi, cidera kepala, keracunan, atau overdosis obat-obatan dapat menyebabkan kejang. Selain itu, kejang juga dapat disebabkan oleh tumor otak atau kelainan saraf lainnya. Kurangnya aliran oksigen ke otak juga dapat menyebabkan kejang. Pada beberapa kasus, penyebab kejang mungkin tidak diketahui. Kejang yang terjadi berulang mungkin merupakan suatu indikasi akan adanya suatu kondisi kronik yang dikenal sebagai epilepsi. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang aman dan efektif. Dengan alasan itu pula, obat hanya diberikan selama demam dan tidak boleh berlebihan, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang febris konvulsi selama 30 menit, pengetahuan keluarga meningkat tentang kejang demam, penyebab kejang, gejala yang timbul saat kejang, perbedaan kejang dengan epilepsi, perawatan pada klien selama dan sesudah kejang, serta pencegahan kejang pada anak, dengan kriteria 80% dari aspek yang dinilai dari lembar observasi.
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Keluarga dapat menyebutkan definisi kejang demam.
2. Keluarga dapat menyebutkan penyebab kejang demam.
3. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 8 gejala kejang pada anak.
4. Keluarga dapat menyebutkan perbedaan antara kejang dengan epilepsi.
5. Keluarga dapat menyebutkan perawatan klien selama kejang.
6. Keluarga dapat menyebutkan perawatan klien setelah kejang.
7. Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan kejang pada anak.
IV. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi kejang demam (febris konvulsi) :
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (> 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
2. Penyebab kejang deman :
‚ Keturunan
‚ Trauma lahir
‚ Trauma kepala
‚ Tumor otak, radang otak, perdarahan di otak
‚ Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan)
‚ Gangguan elektrolit
‚ Gangguan metabolisme
‚ Gangguan peredaran darah
‚ Keracunan, alergi, dan cacat bawaan
3. Gejala kejang demam :
◘ Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba.
◘ Pingsan yang berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
◘ Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selam 10-20 detik).
◘ Lidah atau pipinya tergigit.
◘ Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
◘ Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
◘ Apneu (henti napas).
◘ Kulitnya kebiruan.
4. Perbedaan antara kejang demam dan epilepsi :
Pada epilepsi tidak disertai demam. Epilepsi merupakan faktor bawaan yang disebabkan karena gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat penderita mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
5. Perawatan klien selama kejang :
a. Berikan privasi dan perlindungan pada klien dari penonton yang ingin tahu.
b. Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cidera dari benturan benda keras.
c. Longgarkan pakaian.
d. Singkirkan alat-alat yang dapat menciderai klien secara kejang.
e. Jika klien ditempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
f. Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan sesuatu, karena dapat menyebabkan gigi patah.
g. Jangan berusaha untuk merestrain klien selama kejang, karena otot kuat dan restrain dapat menimbulkan cidera.
h. Jika mungkin, tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi ke depan untuk memudahkan pengeluaran saliva dan mukus.
6. Perawatan klien setelah kejang :
a. Pertahankan klien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten.
b. Pada saat klien bangun dan sadar, harus diorientasikan terhadap lingkungan dan berikan minum hangat.
c. Jika klien mengalami serangan berat setelah kejang, coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan memberi restrain yang lembut.
d. Bila suhu tubuh tinggi, kompres dengan air hangat secara intensif.
7. Pencegahan kejang demam pada anak :
‚ Untuk mencegah serangan kejang demam pada anak, begitu anak mengalami demam, secepat mungkin untuk menurunkan suhu badannya dengan cara memberikan obat penurun panas dan kompres air hangat. Selain itu perbanyak minum air air putih.
‚ Dokter pada umumnya akan memberikan resep obat pencegah kejang, sehingga saat anak mengalami kejang obat anti kejang bisa diberikan. Diazepam atau fenobarbital dapat digunakan untuk mencegah serangan ulang, meskipun bukan jaminan penuh. Pemberian obat hrus sesuai dengan takaran (dosis). Pemberian berlebihan dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping.
‚ Orangtua tetap tenang saat anak mengalami kejang.
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Riwayat kejang sebelumnya.
2. Keadaan sebelum kejang (penglihatan, stimulus auditorius, stimulus taktil, gangguan emosi atau psikologis, tidur).
3. Daerah tubuh yang terkena.
4. Ukuran kedua pupil; apakah mata terbuka, apakah mata dan kepala berputar ke salah satu sisi.
5. Inkontinensia urin atau feses.
6. Durasi setiap fase kejang.
7. Paralisis yang nyata pada lengan setelah kejang.
8. Kemampuan berbicara setelah kejang.
9. Apakah klien tidur atau tidak setelah kejang.
10. Apakah klien bingung atau tidak setelah kejang.
B. Pelaksanaan
1. Mempersiapkan materi dan media yang dibutuhkan untuk penyuluhan kesehatan.
2. Menyiapkan audien.
3. Menyampaikan tujuan penyuluhan kesehatan.
4. Menyampaikan materi penyuluhan kesehatan tentang kejang demam.
5. Menggunakan waktu dan media yang tepat.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh audien.
7. Memberikan kesempatan kepada audien untuk bertanya.
8. Menyampaikan kesimpulan dan hal-hal yang penting.
C. Evaluasi Tindakan
Perawat mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga tantang kejang demam.
D. Dokumentasi
Catat waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, pelaksana dan materi yang disampaikan, serta hasil evaluasi tingkat pengetahuan keluarga tentang kejang demam.
VI. KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
No | Kegiatan Penyuluh | Waktu (Menit) | Kegiatan Audien |
1. 2. 3. 4. 5. | Menyiapkan materi untuk penyuluhan dan memberi salam kepada audien. Menyampaikan tujuan penyuluhan kesehatan. Menyampaikan materi penyuluhan kesehatan tentang kejang demam dengan bahasa yang mudah dimengerti audien. Memberi kesempatan kepada audien untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Menyampaikan kesimpulan, penutup dan salam. | 2 3 15 8 2 | Audien menjawab salam. Audien mendengarkan tujuan dilakukan penyuluhan kesehatan. Audien mendengarkan tentang meteri yang disampaikan. Audien bertanya hal yang belum jelas. Audien mendengarkan kesimpulan dan menjawab salam. |
VII. MEDIA DAN SUMBER AJAR
A. Media
1. Materi untuk penyuluhan kesehatan tentang kejang demam.
2. Leaflet kejang demam
B. Sumber Bahan
1. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius, EGC, Jakarta.
2. Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, EGC, Jakarta.
3. Suriadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta.
VIII. EVALUASI
A. Jenis : Diskusi 2 arah
Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga tentang kejang demam setelah dilakukan penyuluhan kesehatan.
0 Komentar