Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

LAPORAN PENDAHULUAN PROSEDUR SOAVE

A. PENGERTIAN

Prosedur Soave adalah prosedur dilakukan dalam penatalaksanaan penyakit hischprung / megacolon. Prosedur ini dilakukan dengan menarik kolon yang bersaraf normal sampai keanus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dari jaringan otot rektosigmoid yang tersisa. Sedangkan dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh.

Kelainan hirschsprung itu sendiri terjadi pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk ganglion parasimpatis, yang mengatur pergerakan usus hingga membuat usus dapat bergerak melebar dan menyempit.

B. Penyebab

Penaganan melalui pembedahan pada penyakit hischprung biadnaya dilakukan dalam dua tahap :

Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal ( memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan)

Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan ( atau bila beratnya antara 9 dan 10 kg ) satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomiskannya dibelakang usus aganglionik menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.

Pada prosedur Swenson bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi.sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior.

Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit hischprung.dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai keanus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dari jaringan otot rektosigmoid yang tersisa

C. Patogenesis

Pada penderita hischprung atau megacolon bagian usus yang tak ada persarafannya harus dibuang lewat operasi. Operasi biasanya dilakukan dua kali. Pertama, dibuang usus yang tak ada persarafannya. Kedua, kalau usus bisa ditarik ke bawah, langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik, maka dilakukan operasi ke dinding perut, yang disebut dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut. Kemudian kalau ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk diturunkan dan disambung langsung ke anus. Biasanya menunggu sampai ususnya lebih panjang ini bisa makan waktu sampai 3 bulan, tergantung kondisi si anak.

D. Komplikasi

Kompilaksi yang sering muncul pada pasien yang menjalani prosedur ini antaraa lain

1. Enterocolitis

2. Stricure akibat dari anastomose

3. Incontinensia fecal

4. Disfungsi pengosongan colon jangka panjang

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL

  1. Resiko infeksi
  2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  3. Nyeri
  4. Perubahan pola BAB
  5. Incontinensia fecal
  6. Resiko Konstipasi


F. RENCANA KEPERAWATAN

No

Diagnosa

Rencana

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

1

Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, sistem imun belum matur.

Menunjukkan kontrol infeksi selama dalam perawatan dengan keiteria:

1. Bebas dari tanda infeksi.

2. Mendemonstrasikan tindakan hygienes seperti mencuci tangan, oral care, perineal care.

1. Kontrol infeksi

a. Bersihkan lingkungan secara rutin.

b. Batasi jumlah pengunjung.

c. Ajarkan cara mencuci tangan kepada orang tua.

d. Anjurkan orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

e. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.

f. Gunakan sarung tangan dalam setiap tindakan.

g. Pakai gaun khusus.

h. Cukur dan bersihkan kulit sebagai persiapan tindakan invasif.

i. Pertahankan lingkungan aseptik ketika mengganti NGT.

j. Ganti IV line sesuai protap.

k. Gunakan perawatan aseptik pada IV line.

l. Berikan intake mutrisi yang adekuat.

m. Berikan cairan dan istirahat yang cukup.

n. Atur pemberian antibiotik.

o. Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda infeksi.

2. Proteksi infeksi

a. Monitor tanda infeksi lokal dan sistemik.

b. Monitor granulosit, WBC, diferensiasi.

c. Inspeksi kulit dan mukosa dari kemerahan, panas, atau drainase.

d. Batasi pengunjung.

e. Pertahankan teknik isolasi.

f. Lakukan perawatan kulit yang baik.

g. Lakukan kultur.

Meminimalkan terpaparnya organisme kontaminasi & trasmisi infeksi.

Kewaspadaan universal secara rutin diperlukan saat kontak dengan cairan tubuh / produk darah untuk melindungi perawat kesehatan dari potensial infeksi

Mempertahankan prinsif septik & aseptik dapat mencegah masuknya kuman patogen dan apatogen.

Mencegah dan meminimalkan kolonisasi bakteri.

Meningkatkan keadaan umum pasien dan kekebalan humoral.

Membunuh kuman penyebab infeksi.

Peningkatan TTV salah satu tanda infeksi.

Menentukan status pasien terhadap adanya infeksi dan sekaligus jenis infeksi.

Meminimalkan terpaparnya organisme kontaminasi & trasmisi infeksi.

Mencegah kerusakan kulit dan infeksi.

Mengidentifikasi penyebab yang berhubungan dengan infeksi.

No

Diagnosa

Rencana

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

h. Sediakan peningkatan aktivitas dan mobilisasi.

i. Ajarkan kepada keluarga cara mencegah infeksi.

j. Jauhkan bunga segar dan hewan dari area pasien.

k. Laporan adanya dugaan infeksi pada pasien.

Meningkatkan toleransi pasien dan memperbaiki status kesehatan.

Meningkatkan partisipasi keluarga dalam perawatan pasien.

Mencegah media untuk berkembang biak.

Tindakan penanganan dini.

2

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesusai dengan kebutuhan tubuh

Kriteria :

Ø Berat badan klien stabil atau tidak mengalami penurunan

Ø Klien makan sesuai dengan porsi yang dianjurkan

Ø Orang tua mengatakan mengerti kebutuhan makanan dan cara memenuhinya

Ø Hasil albumin, transferin dan elektrolit dalam batas normal

1. (NIC) Pengelolaan Nutrisi

µ Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

µ Monitor catatan asupan akan kandungan nutrisi dan kalori

µ Timbang berat badan klien pada interval yang tepat

2. Management Nutrisi

µ Ajarkan pada orang tua klien metode untuk perencanaan makan

µ Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya

µ Diskusikan dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan makan sesuai kebutuhan tubuh baik itu tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

µ Diskusikan dengan dokter kebutuhan makanan pelengkap, pemberian makanan melalui NGT, atau TPN agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan

µ Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi

µ Bantu orang tua pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realistikutk aktifitas dan asupan makanan

µ Hindari prosedur invasif sebelum makan

µ Bantu makan, sesuai kebutuhan

3. Monitor nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

Menentukan kemampuan klien untuk makan dan mengetahui apakah ada seberapa berat kekurangan makanan dan bagaimana mencukupinya

Meningkatkan kolaborasi antara petugas kesehatan khususnya perawat dengan orang tua dan perutags lain seperti dokter, ahli gizi ( nutrisi )

Memantau kebutuhan nutrisi dan mengetahui seberapa jauh terjadinya kekurangan nutrisi

No

Diagnosa

Rencana

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

3

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan ibu mengatakan anak rewel, belum tidur, mata anak terlihat mengantuk, gelisah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan level nyeri berkurang

Kriteria :

Ø anak tidak rewel

Ø ekspresi wajah dan sikap tubuh rileks

Ø tanda vital dbn

1. Management nyeri

µ Kaji nyeri meliputi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.

µ Observasi ketidaknyamanan non verbal

µ Berikan posisi yang nyaman

µ Anjurkan orang tua untuk memberikan pelukan agar anak merasa nyaman dan tenang.

µ Tingkatkan istirahat

2. Teaching

µ Jelaskan pada ortu tentang proses terjadinya nyeri

µ Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit

µ Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan

µ Perhatikan lokasi nyeri.

3. Administrasi analgetik

µ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.

µ Cek program medis tentang jenis obat, dosis dan frekuensi pemberian

µ Ikuti 5 benar sebelum memberikan obat ditambah dengan dokumentasi yang tepat

µ Cek riwayat alergi

µ Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat

µ Dokumentasikan pemberian obat.

Menentukan level nyeri sehingga dapat ditentukan jenis penatalaksanaan yang akan dilakukan dengan melibatkan keluarga terutam orang tua klien

Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang rasa nyeri yang dirasakan klien dan cara mengatasinya

Pemberian analgetik harus sesuai dengan tingkat / level nyeri yang dirasakan klien sehingga sesuai dengan kebutuhan klien

Perlu untuk mengkaji riwayat pengguanaan analgetik termasuk riwayat alergi yang dialami klien

4

Perubahan pola BAB

Ø Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan orang tua mampu menyesuaikan diri dengan

1. Kaji kebiasaan BAB klien sebelum tindakan / prosedur dilakukan

2. Teaching

µ Jelaskan ke orang tua terjadinya perubahan pola BAB dari melalui colostomi kembali melalui anus meskipun belum berfungsi secara normal

µ Jelaskan ke orang tua cara menjaga kebersihan daerah sekitar rectum / anus dan pantat klien

Mengetahui pola harian klien saat BAB

Meningkatkan pengetahuan klien dan orang tua sehingga mempu menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami

No

Diagnosa

Rencana

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

perubahan pola BAB yang dialami dan mampu untuk melakukan perawatan pada anus yang baru

Kriteria :

Ø Klien mampu BAB dengan lancar

Ø Orang tua mampu menjaga kebersihan sekitar anus dan pantat klien

3. Anjurkan klien dan orang tua untuk mengkonsumsi makanan yang tidak mempersulit BAB

Ø Anjurkan mengkonsumsi makanan yang rendah residu untuk sementara waktu

Ø Anjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori tinggi protein untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

4. Catat kemampuan BAB klien dan kapan klien BAB terakhir sehingga bisa dipantau kesulitan yang dialami klien

Ø Catat dan perhatikan warna dan konsistensi BAB

Ø Catat dan perhatikan frekwensi BAB anak

Ø Perhatikan hal-hal yang mempersulit dan mempermudah BAB

Ø Perhatikan adanya lendir darah atau kelainan dalam feaces anak

5. Jelaskan ke orang tua untuk selalu memantau pola BAB klien dan melaporkan atau ke tempat kesehatan jika sewaktu-waktu ada kelainan.

Asupan makanan yang sesuai dan tidak mempersulit pengeluaran BAB atau kotoran akan mempermudah klien dan orang tua untuk mengatur kebisaan BAB atau pola BAB yang dialami klien

Kemempuan klien untuk BAB melalui saluran yang baru setelah menggunakan kolostomi membantu untuk menentukan tidkana yang dlakukan atau untuk meningkatkan kemapuan adaptasi klien

Secara aktif menigkatan peran keluarga atau orang tua dalam membantu tindakan perawatan

5

Resiko Konstipasi

Incontinensia fecal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi konstipasi dan incotinesia fecal

Kriteria

µ Klien mampu BAB dengan normal

µ Orang tua mampu memantau kondisi BAB anak

µ Kaji pola defekasi,jumlah dan konsistensi

µ Kaji adanya penurunan bising usus dan haluaran feses

µ Ingatkan pada ortu agar melapor pada perawat jika terjadi perubahan dalam eliminasi

µ Monitor diit,jml cairan yang masuk dan beri makanan sesuai diet yang dianjurkan

µ Lakukan irigasi sesuai program terapi

-

µ Untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi

o Penurunan peristaltic dan perlambatan keluaran feses menunjukan adanya obstruksi yg dpt terjadi pasca operasi

o Konstipasi menandakan adanya obstruksi dan tidak adanya feses memerlukan perhatian medis darurat

o Intake serat adekuat dan jml cairan menentukan konsistensi feses

o Mengosongkan kolon

Posting Komentar

0 Komentar