Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

LAPORAN PENDAHULUAN KESEHATAN LANSIA

1. Proses Menua pada Lansia

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat meninggal. Ketuaan juga sering membuat seseorang takut, karena dalam proses menua terjadi beberapa penurunan aktifitas, baik secara fisik maupun psikis. Menurut WHO, dalam proses menua secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu gangguan (impairment), ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang wajar dialami oleh seseorang bersamaan dengan proses penuaan.

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Proses menua menurut Martono (2000), dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses menua primer dan proses menua sekunder. Proses menua primer adalah proses menua yang berjalan secara normal sesuai umur kronologisnya, sedangkan proses menua sekunder terjadi karena adanya masalah fisik, psikologis dan sosial.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua

a. Herediter (keturunan/genetik)

b. Nutrisi (makanan)

c. Status kesehatan

d. Pengalaman

e. Lingkungan

f. Stres

3. Batasan Lansia

Mengenai batasan lansia dan kapankah orang tersebut memasuki masa lansia masih sulit dijawab secara memuaskan. Berikut ini beberapa pendapat tentang batasan lansia.

a. Menurut Departemen Sosial RI (1997) dan UU RI no 13 tahun 1998. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potencial) maupun karena suatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (non potensial).

b. Menurut WHO, lansia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90 tahun.

c. Menurut Upaya Pokok Puskesmas (sasaran langsung kesehatan usila) :

1) Kelompok menjelang usila (45 tahun samapi 54 tahun).

2) Kelompok masa pensiun (55 tahun sampai 64 tahun).

3) Kelompok senecens (lebih dari 65 tahun).

4. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia

a. Perubahan Kondisi Fisik

Gambaran fungsi tubuh pada usia lanjut mengenai kekuatan atau tenaga menurun sebesar 88%, fungsi penglihatan menurun sebesar 72%. kelenturan tubuh menurun sebesar 61%, daya pendengaran menurun 67% dan bidang seksual menurun sebesar 86% (Makmun, 1998). Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) :

1) Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. Terganggunya mekanisme perbaikan sel, jumlah sel otak menurun dan menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10%.

2) Sistem Persarafan

Berat otak menurun 10-20% dan berkurang sel saraf otaknya, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambatnya dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres dan mengecilnya saraf panca indra yang mengakibatkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Sistem Pendengaran

Presbiakustis (gangguan pada pendengaran) hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata. Atrofi membran timpani dan dapat menyebabkan otosklerosis. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4) Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. Kornea lebih berbentuk sferis, lensa lebih suram dan keruh yang dapat menyebabkan katarak. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5) Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga menyebabkan kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengataturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yang sering ditemui adalah temperatur tubuh menurun secara fisiologis menjadi kurang lebih 35oC akibat penurunan metabolisme, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak terganti. Kemampuan untuk batuk berkurang dan kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

8) Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, lambung mengalami penurunan sensitivitas lapar, asam lambung dan waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah, liver mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan.

9) Sistem Reproduksi

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (dengan kondisi kesehatan baik). Pada perempuan mengecilnya ovari dan uterus, atrofi payudara, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa tetapi mulai menurun.

10) Sistem Genitourinaria

Pada ginjal terjadi atrofi nefron dan fungsi tubulus berkurang. Pada vesika urinaria otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lansia sehingga mengakibatkan retensi urin. Terjadi pembesaran prostat pada pria dan atrofi vulva pada wanita.

11) Sistem Endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun tetapi fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Dalam pituitari ada pertumbuhan hormon tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya Basal Metabolic Rate dan menurunnya daya pertukaran zat. Terjadi penurunan produksi aldosteron dan menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testoteron.

12) Sistem Kulit (Integumentary System)

Kulit mengerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

13) Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan density dan makin rapuh, kifosis, discus intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami skelerosis dan atrofi serabut-serabut otot.

b. Perubahan Kondisi Mental

Perubahan mental yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perubahan fisik, khususnya organ perasa; kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2000). Masalah- masalah mental serta reaksi individu terhadap perubahan akan sangat beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan psikososial dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

1) Pensiun, bila seseorang pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman atau relasi dan kehilangan kegiatan.

2) Merasakan tua sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak sempit.

4) Economic deprivation, meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit dan bertambahnya biaya pengobatan.

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik sehingga terjadi perubahan terhadap gambaran diri dan konsep diri.

c. Perubahan Kognitif

Kemampuan IQ (Intellegentia Quantion) pada lansia tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal bila tidak ada penyakit tetapi terjadi penurunan dalam hal penampilan, persepsi dan keterampilan. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.

d. Perubahan Spiritual

Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lanjut usia semakin matur dalam keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

Posting Komentar

0 Komentar