Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA

SECTIO CAESAREA (SC)

A. PENGERTIAN

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut/vagina.

B. INDIKASI SC

Indikasi dilakukan tindakan section caesarea adalah

  1. Indikasi ibu

a. Plasenta previa sentralis/lateralis

b. Panggul sempit

c. Disproporsi sefalopelvik

d. Ruptur uteri mengancam

e. Partus lama

f. Partus tak maju

g. Distosia serviks

  1. Indikasi janin

a. Malpresentasi janin (letak lintang, presentasi bokong, dahi, muka)

b. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil

c. Gemeli bila

- janin pertama letak lintang.presentasi bahu

- bila terjadi interlock

- distosia

- ada gawat janin

C. JENIS JENIS SECTIO CAESARIA

1. Abdomen (SC Abdominalis)

a. SC transperitoneal

Insisi memanjang pada korpus uteri/insisi pada segmen bawah rahim

b. SC ekstraperitoneal

Tanpa membuka kavum abdominal

2. Sectio sesarea klasik

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira kira 10 cm

3. Section sesarea ismika

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim kira kira 10 cm

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul dalam masa ini adalah

1. Syok

Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan akibat sel sel jaringan tidak mendapat zat zat makanan dan oksigen. Sebab sebab syok adalah hemoraghi, sepsis, neurogenik, kardiogenik. Gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tekanan darah turun, oliguri, gelisah, ekstremitas dan muka dingin, serta warna kulit ke abu abuan.

2. Hemorhagi

Hemoraghi pasca operasi timbul biasanya karena ikatan terlepasnya atau oleh karena usaha penghentian darah kurang sempurna, perdarahan yang mengalir keluar mudah diketahui, yang sulit diketahui adalah perdarahan dalam rongga perut. Diagnosis dapat dibuat dengan observasi yang cermat , nadi meningkat, tekanan darah turun, penderita tampak pucat dan gelisah, kadang mengeluh kesakitan.

3. Retensio urine

4. Infeksi jalan kencing

5. Distensi perut

Pada pasca laparotomi, tidak jarang perut akan terasa kembung, akan tetapi setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal.

6. Terbukanya luka operasi dan eviserasi

Sebab sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk, muntah berat, infeksi

E. NASEHAT PADA IBU POST OPERASI SC

  1. Dianjurkan untuk tidak hamil selama lebih kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi
  2. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik.
  3. Dianjurkan untuk bersalin di RS

F. PRINSIP PERAWATAN POST OPERASI SC

1. Perawatan awal

a. Letak klien pada posisi pemulihan

- Tidur miring kepala agak ekstensi, tergantung jenis anestesi

- Lengan atas di muka tubuh untuk mendahulukan tekanan darahnya

- Tungkai bawah agak ditekuk bagian atas lebih tertekuk

b.Segera setelah selesai pembedahan, periksa kondisi pasien

- Cek tanda vital. Setiap 15 menit pada jam pertama, kemudian 30 menit pada jam berikutnya

- Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai klien sadar

- Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

- Transfusi darah jika diperlukan

- Jika TTV tidak stabil dan HMT turun walaupun sudah transfusi segera kembalikan ke kamar operasi karena kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah

2. Tempat perawatan pasca bedah

3. Fungsi gastrointestinal

Pada tindakan yang tidak berat fungsi gastrointestinal kembali dalam 12 jam. Tindakan yang diberikan :

a. Jika tindakan bedah tidak berat berikan diet cair

b. Jika ada tindakan infeksi atau tindakan sc atas indikasi macet, ruptur uteri tumbuh sampai bising usus timbul

c. Jika klien flatus mulai berikan makanan padat

d. Infus diberikan sampai klien bisa minum dengan baik

e. Jika infus lebih dari 48 jam berikan cairan elektrolit untuk balance cairannya

f. Sebelum klien pulang, harus bisa makan makanan biasa

4. Pembalutan dan perawatan luka

Pembalutan luka berfungsi sebagai barier terhadap infeksi selama proses penyembuhan, pertahankan selama 1 hari.

a. Jika pada balutan terjadi perdarahan atau keluar cairan yang tidak terlalu banyak jengan mengganti luka balutan, perkuat balutan, pantau keluarnya cairan atau darah, perdarahan tetap bertambah membasahi ½ atau lebih balutan luka, inspeksi luka atas penyebab perdarahan

b. Jika balitan kendor jangan diganti, tambahkan plester saja

c. Ganti balutan dengan cara steril

d. Jaga luka tetap kering, bersih tidak boleh infeksi sampai ibu boleh pulang

5. Analgesia

Analgesia pasca luka sangat penting, pemberian sedasi berlebih menghambat mobilitas

6. Perawatan fungsi kandung kemih

Kateter diperlukan untuk prosedur pembedahan

a. Jika urine jernih kateter dilepas delapan jam sampai satu malan pasca SC

b. Urine belum jernih, pasang dan biarkan sampai jernih

c. Kateter dipasang 48 jam pada kasus : ruptur uteri,partus lama, edema perineum yang luas, sepsis purpuralis, pastikan urine jernih saat melepas kateter

d. Jika terjadi perlukaan vesika urinaria, pasang selama 7 hari atau sampai jernih

e. Jika sudah tidak memakai antibiotik, berikan mikrofusantin 10 mg oral/hari sampai kateter dilepas untuk mecegah sistitis

7. Antibiotika

Diberikan bila ada tanda tanda infeksi atau demam sampai 48 jam bebas demam

8. Mengangkat jahitan

Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC

9. Ambulasi

Ambulasi untuk perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam menstimulasi gastrointestinal, motivasi untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin kurang lebih 24 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternitas / Bayi, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Hamilton, 1995, Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Mochtar R., 1995, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Cetakan V, EGC, Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar