Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATRENITAS PADA PASIEN DENGAN MYOMA UTERI DI RUANG POLIKLINIK KANDUNGAN

A.   KONSEP PENYAKIT

1.    Definisi

Myoma uteri adalah neoplasma jinak, berasal dari otot uterus. Dikenal juga dengan nama:

-       Fibromioma uteri.

-       Leiomioma uteri.

-       Uterine fibroid.

(Sarwono, 1991; Manuaba, 1993).

 

2.    Etiologi

Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya factor rangsangan estrogen terhadap sel nest Meyor and De Snoo (Manuaba, 1993) à teori Cell Nest atau teori genitoblast. Pendapat ini dikuatkan juga oleh hasil penelitian Miller dan Lipschutz à terdapat sel – sel otot immature pada cell nest yang dirangsang terus menerus oleh estrogen (Sarwono, 1991).

 

3.    Patofisiologi

clip_image001Rangsangan estrogen pada cell nest

 

 

clip_image002Wanita usia reproduktif

 

 

M Y O M A    U T E R I

clip_image003 

 


Submukosum                            Interstitial/intramural                   Subserosa/ subperitoneal

      (Di bawah endometrium)                          (Myometrium)                           (Di bawah tunika serosa)

           
  clip_image004   clip_image004[1]   clip_image004[2]
 
  clip_image005
 

 

 

 

 


Keluhan klinis:

-   Teraba tumor.

-   Perdarahan

 

-   Nyeri

-   Akibat tekanan=pressure effect (bladder, uretra, rectum, vena cava inferior).

-   Infertilitas.

 

Keluhan skunder:

-       clip_image006clip_image007Anemia.                            

-       Lemah.                           

-       Pusing-pusing

-       Sesak nafas.

-       Fibroid heart (disangkal).

-       Erythrocytosis pada myoma besar.

 

Kelemahan

 

     

Kecemasan

                                 

 

clip_image008Resiko defisit

Volume cairan

clip_image002[1]clip_image009Nyeri

 

 

 

clip_image010Diagnosa:

 

Palpasi abdomen: teraba massa tumor keras, bentuk tidak teratur,

gerakan bebas, tidak sakit, letak tumor ditengah-tengah.

Pemeriksaan bimanual

Hysterografi/hysteroskopi

Sondage: cavum uteri besar dan tidak rata

 

clip_image011 


clip_image012

Terapi:

Konservatif dengan pemeriksaan periodic

Radioterapi

Operasi (myomektomi, hysterektomi)

 

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1.    Resiko deficit volume cairan b/d perdarahan skunder terhadap pecahnya pembuluh darah endometrium.

2.    Nyeri b/d gangguan peredaran darah; nekrose setempat; proses radang akibat perlekatan ke omentum usus.

3.    Kelemahan b/d anemia berat skunder terhadap perdarahan.

4.    Kecemasan b/d krisis situasi; kurang pengetahuan mengenai regimen terapeutik dan perawatan yang diterima.

 

BUKU ACUAN:

1.    Sarwono Prawirohardjo (1991), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

2.    Manuaba (1993), Penuntun Kapaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

3.    Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1991), Ginekologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung

4.    Van de Velde, Bosman, Wagener (2000), Onkologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

 


RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL

 

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

RENCANA INTERVENSI

RASIONAL

Resiko deficit volume cairan b/d perdarahan skunder terhadap pecahnya pembuluh darah endometrium.

 

Tujuan: mendemonstrasikan volume cairan tubuh seimbang.

Kriteria hasil:

Vital sign dalam batas normal, perdarahan minimal (<100 cc), refill time dalam batas normal, turgor kulit baik.

 

Pantau:

-   tanda vital.

-   Turgor kulit.

-   Jumlah perdarahan.

-   Masukan dan haluaran.

 

Anjurkan pasien untuk minum banyak minimal 2000 ml/24 jam.

 

 

Kaji refill time.

 

 

Mengidentifikasi indikasi kemajuan atau adanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

 

 

 

 

Mengganti kehilangan/haluaran cairan sesuai dengan jumlah haluaran yang terjadi untuk mencapai keseimbangan cairan tubuh.

 

Mengidentifikasikan adanya gangguan perfusi jaringan akibat penurunan cardiac output akibat perdarahan yang terjadi.

 

Nyeri b/d gangguan peredaran darah; nekrose setempat; proses radang akibat perlekatan ke omentum usus.

 

Tujuan: mendemonstrasikan nyeri terkontrol.

Kriteria hasil:

Vital sign dalam batas normal, skala nyeri < 5, pasien tenang, kooperatif, postur tubuh rileks, mengeluh tidak sakit.

Pantau:

-   Tekanan darah, nadi dan pernafasan.

-   Intensitas nyeri dengan skala 1-10.

 

Jika diresepkan analgetik, aturlah analgesic secara rutin selama 24 jam pertama.

 

Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika analgesic tidak dapat menghilangkan sakit.

 

 

Latih teknik distraksi seperti nafas dalam.

Mengenal indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

 

 

Mempertahankan kadar darah yang konsisten dari analgesic merupakan pengendali yang terbaik.

 

 

Mengindikasikan perlunya untuk mengubah dosis, jarak, atau jenis analgesic. Juga mengindikasikan adanya komplikasi, seperti perdarahan ke bagian yang dioperasi.

 

Teknik distraksi seperti nafas dalam dapat meningkatkan relaksasi pasien dan membantu mengontrol nyeri.

Kelemahan b/d anemia berat skunder terhadap perdarahan.

 

Tujuan: Menunjukkan peningkatan aktifitas secara bertahap.

Kriteria hasil:

Mengungkapkan AKS terpenuhi, kelemahan tidak ada, dapat memenuhi AKS secara mandiri secara bertahap.

 

 

Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan. Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan AKS sesuai keperluan. Membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin aktifitas untuk dirinya sebatas yang diperbolehkan.

 

Anjurkan keluarga untuk memberikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan aktifitas.

 

Mendorong kemandirian pasien.

 

 

 

 

 

 

Membebani pasien dengan aktifitas akan menimbulkan frustasi.

 

 

Kecemasan b/d krisis situasi; kurang pengetahuan mengenai regimen terapeutik dan perawatan yang diterima.

 

Tujuan: mendemonstrasikan hilang dari kecemasan.

Kriteria evaluasi: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi wajah rileks, kurang bicara.

 

Kaji tingkat ansietas pasien.

 

Jelaskan mengenai prosedur tindakan yang akan dikerjakan.

 

Biarkan pasien mengungkapkan perasaan  secara bebas dan pengetahuan mengenai penyakit yang diderita. Perbaiki jika ada kekeliruan konsep.

 

Tegaskan penjelasan dari dokter.

Membantu menentukan intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas.

Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membnatu mengurangi ansietas dan meningkatkan kerjasama pasien selama perawatan.

Dengan mengungkapkan perasaan membnatu memecahkan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber ketakutan.

 

Pengulangan tersebut meningkatkan pemahaman pasien.

 

Posting Komentar

0 Komentar