Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Asuhan Keperawatan Pada Penderita HIPERBILIRUBIN

A. Definisi

Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi bilirurin yang berlebihan di dalam darah (Slusher, 2013)

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya (Lubis, 2013)

B. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut;

1. Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah)

2. Isoimmun Hemolytic Disease

3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah

4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)

5. Hemolisis ekstravaskuler

6. Cephalhematoma

7. Ecchymosis

8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI

9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir prematur, asidosis. (Sumber: IDAI, 2011)

C. Patofisiologi

Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami

gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut kernikterus.

Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR , hipoksia, dan hipoglikemia. (Sumber: IDAI,2011)

D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;

1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.

2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.

4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.

5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul

6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati

7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar

8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap

9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental

10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)

a) Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.

b) Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap. c) Protein serum total.

2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dan atresia billiari.

F. Penatalaksanaan

1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini

(pemberian ASI).

2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin.

3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.

4. Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.

5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.

6. Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.

7. Transfusi tukar.

Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi. (Sumber: IDAI, 2011)

G. Diagnosa yang mungkin muncul

1.

Resiko kekurangan volume cairan b.d phototerapi

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

mampuan menelan

b.d keridak-

3.

Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d phototerapi

4.

Hipertermi b.d phototerapi

5.

Kerusakan integritas kulit b.d efek dari phototerapi

H. Rencana Perawatan

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1

Resiko kekurangan volume cairan b.d

phototerapi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... x ... diharapkan kekurangan volume teratasi

NOC :

- Fluid balance

- Hydration

- Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria hasil :

- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC : Fluid Management

Intervensi :

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi

(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian

6. Lakukan terapi IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan

9. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

10. Dorong masukan oral

11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

12. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

13. Tawarkan snack (jus buah, buah

21

segar)

14. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

15. Atur kemungkinan tranfusi

16. Persiapan untuk tranfusi

2

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d keridakmampuan menelan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... x ... diharapkan nutrisi seimbang

NOC :

- Nutritional status :

- Nutritional status : food and fluid intake

- Nutritional status : nutrient intake weight control

Kriteria hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC : Nutrition Management

Intervensi :

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk mening- katkan protein dan vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

22

Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

3

Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh

b.d phototerapi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... x ... jam diharapkan resiko ketidakseimbangan suhu tubuh teratasi

NOC :

- Termoregulasi

- Termoregulasi : Newborn

Kriteria hasil :

- Suhu kulit normal

- Suhu badan 36.0° - 37.0°C

- TTV dalam batas normal

- Hidrasi adekuat

- Tidak ada menggigil

- Gula darah DBN

- Keseimbangan asam basa DBN

- Bilirubin DBN

NIC : Newborn Care

Intervensi :

- Pengaturan suhu : mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh dalam range normal

- Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil

- Pantau tekanan darah, nadi dan

pernafasan dengan tepat

- Pantau warna dan suhu kulit

- Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertermi

- Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi

- Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi atau bawah pemanas

- Pertahankan panas tubuh bayi

- Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan

NIC : Temperature Regulation

(Pengaturan suhu)

23

Intervensi :

- Monitor suhu minimal tiap 2 jam

- Rencanakan monitoring suhu secraa kontinyu

- Monitor TD, nadi dan RR

- Monitor warna dan suhu kulit

- Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi

- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatife dari kedinginan

- Beritahu tentang indikasi terjadinya

keletihan dan penangan emergency yang diperlukan

- Ajarkan indikasi hipotermi dan penanganan yang diperlukan

- Berikan antipiretik jika perlu NIC : Temperature regulation : intraoperative

Intervensi :

Mempertahankan suhu tubuh intraoperatif yang diharpkan

24

4

Hipertermi b.d phototerapi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn

selama ... x ... jam diharapkan hipertermi teratasi

NOC : Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal

Nadi dan RR dalam rentang normal

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak

ada pusing, merasa nyaman

NIC : Fever Treatment

Intervensi :

Monitor suhu sesering mungkin

Monitor IWL

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan

RR

Monitor penurunan tingkat kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Berikan anti piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan tapid sponge

Berikan cairan intravena

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

NIC : Temperature regulation

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

25

Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan

penanganan emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

NIC : Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

26

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

5

Kerusakan integritas kulit b.d efek dari

phototerapi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama .... x … jam diharapkan

kerusakan integritas kulit teratasi

NOC :

- Tissue Integrity : Skin and Mucous

Membranes

- Hemodyalis akses

Kriteria hasil :

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

NIC : Pressure Management

Intervensi :

- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan padaa tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

27

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

-

- Monitor status nutrisi pasien

NIC : Insision site care

Intervensi :

- Membersihkan, memantau dan eningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau streples

- Monitor proses kesembuhan area insisi

- Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi

- Bersihkan area sekitar jahitan atau straples, menggunakan lidi kapas steril

- Gunakan preparat antiseptic, sesuai program

- Ganti balutan pada interval aktu

yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program

NIC : Dialysis Acces Maintenance

28

I. PATHWAY

clip_image002

Posting Komentar

0 Komentar