Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Asuhan Keperawatan Pada Pasien ANEMIA

Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo Aru).

B. Etiologi

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya, menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI (1985) yaitu:

1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.

2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.

3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, sferositisis kongenital, dsfisiensi enzim erotrosit dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.

4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

C. Patofisiologi

Timbulnya amnemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanantoksik, invasi tumor, atau kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).

Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma( hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis. Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin kan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak adanya hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisi dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. (Suddart and Brunner, 2001)

D. Manifestasi klinis

Menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI (1985) tanda gejala yang muncul anatar lain:

1. Tanda-tanda umum anemia:

a. pucat,

b. tacicardi,

c. bising sistolik anorganik, d. bising karotis,

e. pembesaran jantung

2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.

c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar Hb.

Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.

2. Indeks eritrosit

3. jumlah leukosit dan trombosit

4. hitung retikulosit

5. sediaan apus darah

6. pameriksaan sumsum tulang

7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :

a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis

b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.

c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

(Petit, 1997)

F. Penatalaksanaan

a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.

b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.

Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.

c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

G. Diagnosa

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.

H. Rencana Perawatan

No

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1

Ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang

Definisi :

Penurunan sirkulasi darah keperifer

yang dapat mengganggu kesehatan Batasan karakteristik :

tidak ada nadi

perubahan fungsi motorik

perubahan karakteristik kulit (warna, elastis, rambut, kelembapan, kuku, sensasi,suhu)

indek ankle- brakhial <0,90

perubahan tekanan darah diekstremitas

waktu pengisian kapiler >3 detik

klaudikasi

warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan

NOC :

Circulation status

Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan

status sirkulasi yang ditandai dengan :

Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan

Tidak ada ortostatikhipertensi

Tidak ada tanda

tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan

kemampuan

menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

memproses informasi

membuat keputusan dengan benar

3. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)

Monitor adanya

daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam

/tumpul

Monitor adanya paretese

Instruksikan keluarga untuk mengobservasi

kulit jika ada lsi atau laserasi

Gunakan sarun tangan untuk proteksi

Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

Monitor kemampuan BAB

Kolaborasi pemberian analgetik

Monitor adanya tromboplebitis

Diskusikan

menganai penyebab perubahan sensasi

25

kelambatan penyembuhan luka perifer

penurunan nadi

edema

nyeri ekstremitas

bruit femoral

pemendekan jarak total yang ditempuh

dalam uji berjalan 6 menit

pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit

perestesia

warna kulit pucat saat elevasi

Faktor yang berhubungan :

kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis: merokok, gaya hidup

monoton, trauma,

obesitas, asupan garam, imobilitas)

kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis: diabetes, hiperlipidemia)

hipertensi

26

gaya hidup monoton

merokok

2

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, anoreksia Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan

metabolisme tubuh. Batasan karakteristik :

- Berat badan 20

% atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/meng unyah

- Luka, inflamasi pada rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

- Dilaporkan

atau fakta adanya

NOC :

Nutritional Status : food

and Fluid Intake

Weight control

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan

berat badan sesuai dengan tujuan

Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampumengidentifikas i kebutuhan nutrisi

Tidk ada tanda tanda malnutrisi

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari

menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC : Nutrition

Management

Kaji adanya alergi

makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Berikan informasi

tentang kebutuhan nutrisi

27

kekurangan

makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampu an untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan

cukup

- Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan

- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea

- Kehilangan

rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, mis- informasi

Faktor-faktor yang berhubungan :

Kaji kemampuan

pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam

batas normal

Monitor adanya penurunan berat badan

Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

Monitor lingkungan selama

makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

Monitor makanan kesukaan

Monitor

pertumbuhan dan perkembangan

28

Ketidakmampuan

pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

Monitor pucat,

kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor kalori dan intake nuntrisi

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

3

Defisit perawatan

diri b/d kelemahan fisik

Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristi: ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf

NOC :

Self care : Activity of

Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil :

Klien terbebas dari bau

badan

Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

Dapat melakukan

ADLS dengan bantuan

NIC :

Self Care assistane :

ADLs

Monitor

kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

Monitor kebutuhan klien untuk alat- alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,

berhias, toileting

dan makan.

Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari- hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika

klien tidak mampu melakukannya.

29

Ajarkan klien/

keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak

mampu untuk melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-

hari.

4

Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko

- Prosedur

Infasif

- Ketidakcukupa n pengetahuan untuk menghindari paparan patogen

- Trauma

- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

- Ruptur membran amnion

- Agen farmasi

NOC :

Immune Status

Risk control

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :

Infection Control

(Kontrol infeksi)

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Pertahankan teknik isolasi

Batasi pengunjung bila perlu

Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

Gunakan baju, sarung tangan

30

(imunosupresa

n)

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Ketidakadekuat an imum

buatan

- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)

- Penyakit kronik

sebagai alat

pelindung

Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat

Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

Tingktkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Monitor hitung granulosit, WBC

Monitor kerentanan terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap penyakit

menular

Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kuliat pada area epidema

31

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase

Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

Dorong masukkan nutrisi yang cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan kultur positif

5

Intoleransi aktivitas

Definisi: Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari. Batasan karakteristik :

e. Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

NOC :

Energy conservation

Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :

Activity Therapy

Kolaborasikan

dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanaka n progran terapi yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,

psikologi dan social

32

f. Respon

abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

g. Perubahan ekg yang menunjukkan aritmia atau iskemia

h. Adanya dyspneu atau ketidaknyaman

-an saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :

Tirah Baring atau imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimba ngan antara suplei oksigen dengan kebutuhan

Gaya hidup yang dipertahankan.

Bantu untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

Posting Komentar

0 Komentar