Konsep Dasar
v Payudara
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu,Bagi seorang wanita payudara merupakn lambang kewanitaan sehingga pembedahan payudara menjadi perampasan intisari dan asas kehidupannya yang tidak dapat ditutupi secara kosmetik saja.
v Embriologi
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio, yaitu brupa penebalan ektoermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai keregio inguinal.
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bbilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan ini yang disebut mastitis neonatorum ini disebabakan oleh berkembangnya sisitem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir kadar hormone ini menurun dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin.
Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
1. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
1. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit
2. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com).
B Tipe Kanker Payudara
Karsinoma duktal meginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua jenis kan ker payudara. Kanker jenis ini biasanya bermestasis kenodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan tipe kanker lainnya. Karsinoma duktal biasanya biasanya menyebara ketulang, hepar, paru dan otak
Karsinoma Lobular menginfiltrasi. Jenis ini jarang terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara.Karsinoma lobular biasanya bermetastasis kepermukaan meningeal
Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara. Dan tumbuh dalam kapsul didalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dangan lambat , sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.
menempati sekitar 3% dari kanker payudara. Penghasil lender, juga tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya
C.Stadium kanker payudara :
- Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal - Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara - Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak - Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak - Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak - Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada - Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
Jenis sel kanker
D.EPIDEMIOLOGI
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma servik uterus . Di Amerika Serikat karsinoma payudara merupakan 28% kanker pada kulit putih dan pada wanita kulit hitam 25%..Kurva insiden usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita dibawah usia 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia dibawah 45-66 tahun. Insiden karsinoma mammae pada lelaki hanya1% dari kejadian pada perempuan.
E.ETIOLOGI
Keluarga
Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2-3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudaranya kandungnya nya itu menderita kanker bilateral atau kanker pada pramenopause.
Wanita yang pernah ditangani karsinoma payudaranya memang mempunyai risiko tinggi mendapat karsinoma di payudara lain
Usia
Seperti pada banyak jenis kanker menurut usia naik sejalan dengan bertambahya usia
Hormon
Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormone. Hal ini terbukti pada hewan coba dan pada penderita karsinoma mammae..Perubahan pertumbuhan tampak setelah penambahan atau pengurangan hormone yang merangsang atau menghambat pertumbuhan karsinoma mammae.
F..Faktor-faktor Risiko
Faktor-faktor risiko mencakup :
v Riwayat pribadi tentang kanker payudara
v Anak permpuan atau saudara peremouan dari wanita dengan kanker payudara
v Menarke dini
v Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
v Menopause pada usia lanjut
v Riwayat penyakit payudara jinak
v Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hamper 2 x lipat
v Obesitas-risiko terndah diantara wanita pascamenopause
v Kontrasepsi oral
v Terapi penggantian hormone
v Masukan alcohol
G.Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
H.Manifestasi Klinik
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - Benjolan atau massa di ketiak - Perubahan ukuran atau bentuk payudara - Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah) - Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu) - Payudara tampak kemerahan - Kulit di sekitar puting susu bersisik - Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal - Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara . Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
I. Penatalaksanaan medis
1. Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
1. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
1. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non pembedahan
1.Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2.Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3.Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi
J. KOMPLIKASI
- Limfadema
K. Pemeriksaan diagnostik
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
L. Pencegahan
Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini. Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara. Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi. Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
M. Kehamilan dengan Kanker Payudara
Dari 2% sampai 5% kanker payudara terjadi pada wanita hamil, mendeteksi benjolan, perubahan dalam jaringan payudara lebih sulit dilakukan selam kehamilan kaarena adanya perubahan fisiologis normal yang terjadi selama masa gestasi. Karena banyak wanita yang menghentikan pemeriksaan payudara mandiri selaama kehamilan
Jika ditemukan massa pada payudara selama kehamilan, maka mammografi dengan pelindung yang sesuai, aspirasi jarum dan biopsy merupakan hal penting untuk dilakukan. Pengobatan nya secara mendasar sama dengan yang dilakukan pada wanita lain, meskipun radiasi kontradiksi dalam kehamilan. Beberapa ahli onkologi harus mulai melakukan kemoterapi secepatnya pada minggu ke16 kehamilan karena organ- organ janin sudah dibentuk pada saat tersebut. Jika diperlukan pengobatan sistemik, maka seksio Sesarea dilakukan secepat dan seaman mungkin untuk menyelamatkan bayi. Jika massa ditemukan pada pada wanita ketika menyusui maka disarankan untuk menghentikan sehingga memungkinkan bagi payudara mengalami involusi (kembali ke keaadan dasarnya) sebelum dilakukan pembedahan. Jika terdeteksi penyakit yang progesiif selama kehamilan dini dan kemoterapi diperlukan , maka penghentian kehamilan adalah pilihan yang mungkun dapat dipertimbangkan pasien.
Setelah pengobatan selesai , wanita yang berusia lebih muda dapat mempertimbangkan untuk mempunyai anak, diman pada kasus ini banyak isu individual yang harus dikemukakan , keinginan pasien dan pasangannya untuk mempunyai anak dan keluarganya , Sebagian studi restropektif menunjukkan bahwa kehamilan setslah pengobatan tampaknya tidak meningkatkan risiko untuk kambuhnya kanker payudara. Konseling memberikan informasi yang akurat, dan mendengar secara aktif dan penuh kasih saying adalah intervensi keperawatan yang penting ketika pasien menghadapi kesulitan dalm membuat keputusan yang sulit mengenai pilihan-pilihan pengobatan, membesarkan anak , atau mengkhiri kehamilan.
PROSES KEPERAWATAN
Ì Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Klasifikasi Data
Ì Data pengkajian :
1.Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2.Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
Ì Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.
Ì Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Ì Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan :
1. DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
2. DO : - Klien nampak meringis
- Klien nampak sesak
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria :
ü Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
ü Nyeri tekan tidak ada
ü Ekspresi wajah tenang
ü Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
© Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya
© Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
© Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
© Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
Ditandai dengan
1.DS :
· Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
· Klien mengeluh badan terasa lemah.
· Klien tidak mau banyak bergerak.
2.DO : klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
1. Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
2. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
© Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
© Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
© Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Ditandai dengan :
1. DS :
· Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
· Ekspresi wajah tampak murung.
· Tidak mau melihat tubuhnya.
1. DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria :
1. Klien tampak tenang
2. Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
© Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
© Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
© Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Ditandai dengan :
1) DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
2) DO :
· Klien jarang bicara dengan pasien lain
· Klien nampak murung.
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria :
-Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
-Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
© Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
© Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
© Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Ditandai dengan :
1. DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
2. DO :
· Adanya balutan pada luka operasi.
· Terpasang drainase
· Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria :
1. Tidak ada tanda – tanda infeksi.
2. Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
© Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
© Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
© Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Ditandai dengan :
1. DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
2. DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria :
1. Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
2. Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
© Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
© Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
© Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
1. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
1. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.
0 Komentar